Selanjutnya, ratusan aki bekas itu pun dibawa Andung ke gudang rosok miliknya di Dusun Blingi, Desa Sukorejo, Kecamatan Tujungan.
Disampaikan, ia memilih membawa ratusan aki bekas ke gudang di Blingi, lantaran jaraknya yang lebih dekat dari Bangle, -tempat rekan yang memasok ratusan aki tersebut-.
"Aki-aki bekas itu saya timbang di gudang Blingi. Sebelum ditimbang, air yang ada di dalam aki, saya buang semua di belakang gudang yang jauh dari perumahan penduduk," ujarnya.
Usai menimbang aki, ia pun pulang ke rumahnya, lalu mandi. Setelah maghrib, ia pun pergi ke Bangle, untuk menyerahkan uang sisa pembayaran ratusan aki bekas.
"Dari situ, saya kemudian main ke tempat teman saya di Desa/Kecamatan Japah. Pulang dari Japah, sekitar pukul 22.30, saya kemudian mengantar teman pulang ke rumahnya, di sekitaran bekas stasiun lama Blora," tutur anak sulung dari pasangan Slamet Wijiono - Sri Sulastri itu.
Diceritakan lebih lanjut, usai mengantar pulang teman di sekitaran stasiun lama itu lah, ada seseorang yang meminta tumpangan.
Seperti terhipnotis, ia pun segera memberi tumpangan orang tak dikenal tersebut.
"Tak biasanya saya mau menerima tumpangan orang asing, terlebih saat tengah malam, tapi malam itu saya langsung begitu saja memberi tumpangan," cerita Andung.
Menurut dia, dari situ lah pengalaman mistis ia alami. Saat mengantar pria misterius, yang menurutnya berpostur tinggi besar itu, Andung serasa diajak berkeliling hingga wilayah Sidoarjo, Jawa Timur.
"Saya ingat ndak ingat, seperti melintas di sebuah jalan raya yang ada di Sidoarjo. Setelah melewati jalan raya itu, kemudian saya diminta berhenti, untu menaikan lima orang penumang lagi, kesemuanya merupakan teman pria misterius itu," ucapnya.
Disampaikan, keenam penumang itu kemudian meminta diantarkan ke rumah kakek-nenek mereka di Desa Kemiri, Kecamatan Jepon.
Andung pun segera memacu mobil, sesuai petunjuk keenam penumpang itu. Sesampainya di wilayah Desa Kemiri, Andung merasa tetap melalui jalan beraspal yang mulus.
"Ketika sampai di depan sebuah rumah, mereka meminta berhenti. Saya pun kemudian berhenti, dan membukakan pintu mobil, untuk menurunkan mereka."
"Begitu kesemuanya turun, saya pun kembali ke dalam mobil, saat itu lah saya tiba-tiba tersadar, mobil sudah berada di kebun yang penuh dengan pohon-pohon jati, dengan kondisi ban depan pecah, tak jauh di depan mobil juga ada pohon mangga yang berukuran cukup besar," ceritanya.
Di tengah kebingungan, Andung melihat ada rumah penduduk tak jauh dari situ. Ia pun menuju rumah tersebut, menjemput pagi, sembari menenangkan diri. (Tribun Jateng/Yayan Isro Roziki)