TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO - Masjid Tegalsari secara administratif terletak di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.
Masjid ini menyatu dengan pondok pesantren dengan luas tanah 45000 m².
Apabila diamati dari depan, tidak tampak sebagai masjid kuno yang bersejarah, sebab pada bagian depan masjid telah dibangun bangunan baru.
Namun jika dilihat dari dalam, tampak struktur bangunan dari kayu jati berusia ratusan tahun.
Dulunya Masjid jami' Tegalsari dikelilingi pagar tembok setinggi sekitar 1,5 meter. Sementara, bangunan pagar pada saat ini merupakan bangunan baru.
"Dulu juga terdapat parit dan kolam yang menuju ke arah sungai kayang di utara dan barat masjid, sekarang sudah tidak ada," kata Ketua Yayasan Kyai Ageng Muhammad Besari, Kunto Pramono (58), Jumat (9/6/2017) saat ditemui.
Kunto mengatakan, serambi masjid berbentuk segi empat berukuran 13,56 X 16,20 meter.
Di dalamnya terdapat 12 tiang dari balok kayu jati. Pada dindingnya terdapat prasasti purna pugar dan juga kaligrafi.
Sementara itu, ruang utama masjid berbentuk bujur sangkar dengan luas sekitar 16,25 meter X 16,25 meter.
Di dalam ruang utama terdapat tiang kayu penyangga sebanyak 36. Dari jumlah itu, 22 tiang di antaranya berbentuk bulat dan 14 di antaranya berbentuk segi empat.
"Jumlah tiangnya 36, sama dengan rumah Kyai Ageng Muhammad Besari juga 36," jelasnya.
Mihrab atau tempat imam memimpin salat, berukuran sekitar 206 cm X 130 cm X 217 cm, di bagian atas terdapat ornamen ukir-ukiran kayu jati yang melengkung.
Sementara itu, mimbar untuk khotbah juga terbuat dari kayu jati dengan ukir-ukiran berwarna coklat tua berukuran panjang sekitar 2 meter X 1 meter.
Mimbar itu juga dilengkapi tongkat, namun kini tongkat tersebut diganti replika karena tongkat yang asli telah dicuri.