LAPORAN WARTAWAN TRIBUNNEWS.COM, THERESIA FELISIANI
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Permintaan Mianna Manalu, istri Ipda (Anumerta) Martua Sigalingging sampai ke jajaran utama Mabes Polri.
Sebelumnya, Mianna Manalu memohon kepada Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian agar putra ketiganya bisa lulus menjadi Polisi.
"Saya mohonlah sama Pak Kapolri, permintaanku cuma satu, anak ketiga kami si James bisa lulus jadi Polisi," ujarnya di acara pemakaman suaminya, di Desa Sukaramai, Air Putih, Batubara, Selasa (27/6/2017).
Di hadapan seluruh kerabat dan awak media, Mianna Manalu memperlihatkan sosok James. Menurutnya, Jales memiliki cita-cita menjadi Polisi.
Mianna Manalu menceritakan, setamat SMA, James pernah ikut seleksi bintara Polri namun gagal. Dia berharap James bisa menjadi bagian dari anggota Polri, mengikuti jejak sang ayah.
"Semasa hidup dia (Ipda Martua Sigalinggung) selalu ingatkan saya untuk perjuangan sekolah anai'anak. Kepentingan anak harus diutamakan," tambah Mianna Manalu.
Terkait permintaan Mianna Manalu, Kabag Penum Mabes Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan Polda Sumatera Utara (Sumut) akan membantu James menjadi anggota Polri.
"Nanti Polda Sumut akan membantu putra almarhum masuk Polisi," terang Martinus, Kamis (29/6/2017).
Disinggung soal almarhum yang pergi meninggalkan sembilan anak, dimana enam diantaranya masih duduk di bangku sekolah. Apakah Polri juga akan membantu? Martinus menjawab itu masih akan dibicarakan lagi.
Sembilan anak almarhum belum ada satupun yang menikah, hampir seluruh anaknya tengah bersekolah, sehingga butuh biaya pendidikan yang tinggi.
Kesembilan anak almarhum yakni Rony Sigalingging (23), Freddy Sigalingging (21), James Sigalingging (19), Mega Cristin Sigalingging (17) kelas III SMA.
Kemudian Mila Sigalingging (15) kelas I SMA, Maringan Sigalingging (14) kelas III SMP, Andre Sigalingging (10) kelas 6 SD, Joel Sigalingging kelas IV SD, dan Rosanta kelas II SD.
Terpisah, Polda Sumut telah menyatakan siap memberikan bimbingan dan perhatian kepada anak dari almarhum yang berminat jadi anggota Polri.
Bimbingan dan perhatian yang dimaksud berupa pelatihan fisik dan juga cara meningkatkan mental demi dapat memenuhi semua persyaratan.
Sehingga nantinya ketika melakukan pendaftaran menjadi seorang calon anggota kepolisian sudah dapat lebih mudah.
Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Rina Sari Ginting menjelaskan tidak hanya fisik dan mental saja yang akan diperhatikan, tapi juga soal intelektual agar mendapatkan bimbingan sehingga bisa bersaing dengan peserta lainnya.
"Pesan Pak Kapolda, kami akan memberi atensi dan pengarahan lebih pada anak almarhum yang berkeinginan menjadi Polisi meneruskan perjuangan bapak mereka," tegas Rina.
Seperti diketahui, komplotan terduga teroris jaringan ISIS menyerang pos piket penjagaan Pintu 3 (pintu keluar) Polda Sumut di Kota Medan pada Minggu (25/6/2016) bertepatan dengan Hari Raya Lebaran.
Dua orang pelaku, masuk ke Polda Sumut melompati tempok dan menyerang anggota jaga, Aiptu Martua Sigalingging Martua yang tengah istirahat di dalam pos hingga mengalami luka tikam dan lehernya digorok.
Penyerangan itu diketahui Brigadir Erbi Ginting yang sedang patroli di sekitar Polda Sumut. Brigadir Erbi Ginting memergoki dua laki-laki tidak dikenal kemudian menegur kedua orang tersebut.
Pelaku justru menyerang Brigadir Erbi Ginting sehingga ia berteriak meminta tolong pada piket Brimob yang berada di penjagaan pintu masuk (pintu 1) Polda Sumut.
Petugas melumpuhkan kedua pelaku, yakni Syawaluddin Pakpahan (43) hingga harus menjalani perawatan di RS Bhayangkara karena terkena tembak di kaki.
Seorang pelaku lainnya, Ardial Ramadhana alias Hardi (34) tewas ditembak usai menyerang Aiptu Martua Sigalingging di pos penjagaan.
Polisi telah menggeledah kediaman orang tua Ardial di Deliserdang. Sejumlah barang bukti sudah dilakukan penyitaan.
Penyidik Polda Sumut lalu melakukan penyidikan dan menangkap dua pelaku lain yakni Hendry Pratama alias Boboy (17) dan Firman Putra Yudi (32).
Atas perbuatannya, tiga pelaku yang masih hidup
yakni Syawaluddin, Boboy dan Firmansyah Putra Yudi dijerat dengan Pasal 6,7 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme atau Pasal 340 KUHP Pidana.
Ketiganya pada Rabu (28/6/2017) siang dibawa ke Jakarta dengan pengawalan ketat dari Densus 88 Mabes Polri untuk penyidikan lanjutan.
Untuk satu tersangka yang meninggal dunia yakni Ardial Ramadhani juga telah diserahkan ke keluarganya untuk dimakamkan.
Ardial dimakamkan Rabu (28/6/2017) di Perkuburan Islam, Jl Kemiri I Lingkungan I Kel Sudirejo II Kec Medan Kota.
Dia dimakamkan di atas kuburan kakeknya, neneknya, dan pamannya dalam satu lubang kubur yang sama. Prosesi pemakaman Ardial dihadiri oleh 15 anggota keluarga.