Sayangnya, bangunan kokoh yang terlihat kusam tersebut sangat memprihatinkan.
Bangunan yang diperkirakan memiliki luas 30x20 meter ini, pemandangan pintu masuknya Sripo menjumpai sampah begitu banyak.
Setelah rumput dengan tanah becek dan bau busuk cukup menyengat.
Saat masuk melalui mulut goa dengan tinggi sekitar 2,5 meter itu, dinding bangunan itu terlihat cukup kokoh.
Ada ruang disisi kanan bunker lebih panjang dibandingkan sisi kiri.
Ruang itu berbentuk kotak dengan skat kamar yang penuh coretan.
Pada bagian lantai dasar tidak terdapat ruangan kosong yang menghubungkan ke ruangan bawah tanah.
Selain itu bagian atas bunker terdapat sebuah cerobong yang belum jelas fungsinya dan terhubung pada bagian sisi belakang bunker.
Warga sekitar saat dibincangi dulu pernah melihat ada besi yang digunakan sebagai pintu untuk masuk ke terwongan yang katanya terkoneksi dengan bungker lain di Palembang.
Tempat ini menurut info yang Sripo dapat dari berbagai sumber merupakan bunker utama pertahanan Jepang saat Perang Dunia Ke II (1942-1945).
Bunker Pertahanan Jepang di daerah AKBP H Umar di bangun sekitar tahun 1942 sampai 1945 tepatnya saat Jepang menduduki Indonesia selepas Belanda angkat kaki "sementara" dari Bumi Nusantara.
Sayangnya bangunan bersejarah ini ternyata berada di lahan warga sehingga sulit untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata. Alasannya, begitu klasik yaitu pembebasan lahan.
"Jadi ya kondisinya dibiarkan saja seperti ini. Siapa yang mau merawatnya," ujar seorang warga.