Bungker Kertapati
Sripo melanjutkan mengunjungi lokasi kedua di sebuah Sekolah Dasar di Kertapati.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan bungker di SD ini terdapat tiga ruangan yang merupakan sisa peninggalan Jepang saat Perang Dunia Ke II di daerah Jalan Majapahit, tepatnya di Kelurahan 1 Ulu, Kertapati, Palembang.
Berdasarkan data yang dihimpun bangunan ini merupakan sebuah Bunker Pertahanan Anti Pesawat Udara (Anti Aircraft Artillery) Tentara Jepang yang dibangun antara tahun 1942 sampai 1945. Namun sayang tidak banyak informasi yang dapat dikumpulkan Sripo.
Apalagi banyak warga sekitar tak mengetahui secara pasti lokasinya. Namun jika dilihat besar benar ada bungker dikawasan tersebut sebagai pertahanan Jepang dikawasan Ulu Palembang. Tak banyak mendapatkan informasi, Sripo kemudian mendatangi bungker di kawasan Charitas.
Bunker Jepang Charitas
Bangunan yang berbentuk kotak itu persis berada di sebuah taman di tepi jalan Sudirman.
Namun sayang, bangunan bersejarah itu lagi-lagi berada di tanah warga. Mirisnya, tanah itu dalam kondisi sengketa sehingga Sripo cukup kesulitan untuk memasukinya. Menurut penjaganya jika ingin masuk harus meminta izin dengan Mapolda Sumsel terlebih dahulu.
"Bukan tak mengizinkan. Tapi tidak boleh. Kalau mau masuk baiknya minta izin ke Mapolda dulu om," ucap Ibu tersebut.
Berulang kali Sripo membujuk ibu tersebut agar bisa memberikan akses masuk untuk melihat bunker, namun dengan tegas juga ia menolak. Menurutnya tidak boleh ada orang sembarangan yang masuk ke wilayah tersebut. "Intinya siapa pun yang mau masuk, harus izin dari Polda dulu. Kami tak berani mengizinkan orang sembarangan masuk ke sana (bunker-red)," jelasnya. Sripo terakhir menyusuri bunker Jepang di Jakabaring.
Bunker Jakabaring Rata dengan tanah
Menurut warga sekitar, sebelumnya bunker tersebut berada persis di depan MAN 1 Palembang. Namun sayangnya bentuk fisik bangunan sudah tidak ada lagi. "Dulu sekitar tahun 2010 masih ada. Bentuk atapnya bulat dan gelap. Namun karena dikaitkan rumor mistis, akhirnya tidak banyak orang yang kesana," ujar Arya, salah satu warga.
Perobohan bunker tersebut terjadi sejak Jakabaring berkembang menjadi perumahan persisnya tahun 2012. Lagi-lagi persoalan tanah milik warga menyebabkan satu aset sejarah lenyap.
Bahkan saat Sripo hendak memeriksa jejak bangunan tersebut sudah tertutup perumahan dan tidak boleh masuk. "Percuma mba, sudah hilang bunkernya," jelas Arya.
Menutup penyelusuran Sripo, ternyata Palembang begitu kaya dan dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata sejarah.
Karena tidak hanya peninggalan Jepang, Palembang juga memiliki bangunan sejarah peninggalan Belanda. Sebut saja kawasan dari Pasar 16 Ilir sepanjang aliran sungai Musi sampai ke Surio di 30 ilir bangunan tinggi kokoh peninggalan Belanda sangat mudah terlihat. Tapi kendala terbesar yang Sripo lihat bangunan bersejarah tesebut belum dapat dimaksimalkan karena berada di lahan warga.
Cerita Lelaki Salat Sampai Tempat Pembantaian dan Pemerkosaan
Menyusuri peninggalan Jepang di Palembang ternyata ada beberapa cerita menarik yang didapatkan tim Sripo. Seperti misalnya bagaimana rata-rata bagunan Jepang berupa bunker atau rumah pertahanan awalnya dibangun diatas permukaan tanah, baru kemudian ditimbun dan seolah-olah berada dibawah tanah.
Juga beberapa fakta dimana bangunan itu berada di tanah warga sehingga cukup menyulitkan bagi Pemerintah untuk mempugar menjadi destinasi wisata, yang menjadi cerita klasik bagi bangunan sejarah di Indonesia.
Namun ketika menyusuri rumah pertahanan di Jalan Joko tepatnya di Talang Semut Kecamatan Bukit Kecil Palembang ada kisah menarik yang cukup mengerikan terjadi. Lantaran, rumah pertahanan Jepang yang berbentuk kubus dengan luas 20X10 meter dengan sekat-sekat kamar itu pernah menjadi tempat penyiksaan disalah satu sudut ruangan.
Bahkan berdasarkan cerita, ada seorang gadis pribumi diperkosa di rumah pertahanan Jepang tersebut.
Sepintas memang bangunan yang kini terlihat begitu tua, dengan kondisi banjir itu sangat menyeramkan. Apalagi, beberapa tahun lalu acara Misteri Tukul Jalan-jalan pernah singgah untuk mendeteksi apakah ditempat tersebut ada makhluk klenik yang mendiami. Banyak cerita memang jika ada yang melihat hal aneh disekitar rumah pertahanan Jepang itu.
Meskipun saat Sripo berbincang dengan Zakwan dan istrinya mereka mengatakan jika mereka tidak pernah menemukan hal mengerikan. Hanya saja sang istri memang mengakui jika saat pernah ia masuk menjadi penghuni ia melihat sosok yang tengah salat didepan pintu masuk.
Saat itu ia bersama tiga keluarga lain diminta menjaga warisan sejarah tersebut. Mulai dari Kodim, Bekang dan Pelda mereka bersama tinggal bersama. Tapi ketika ia masuk pertama kali ia seakan antara sadar dan tidak melihat orang sedang Salat.
"Dulu kami tinggal bersama tiga keluarga lain. Ada pengalaman aneh yah masing-masing. Ada yang melihat kepala, ada yang melihat sosok tinggi besar. Tapi alhamdulillah yang saya lihat orang Salat. Seorang Laki-laki besar mengenakan pakaian putih dan kain merah kotak-kota persis didepan pintu. Saya menganggapnya sebagai tanda jika kami harus bersih dan salat disini," tutur pensiunan keungan Akabri itu
Zakwan mengatakan, rumah pertahanan Jepang yang ia huni merupakan peninggalan sejarah yang harusnya mendapat perhatian. Tapi tugasnya hanya menjaga tempat tersebut. Jikapun suatu saat diminta pergi Zakwan mengaku siap keluar.
"Sekarang sudah 48 tahun kami tinggal disini. Ini saja kami sudah sangat bersyukur diberikan tempat tinggal. Jadi jika Kodim Palembang minta kita pindah yah pasti kita mau pindah," ucapnya
Dikatakannya, awalnya ia memang tinggal didalam rumah. Tapi karena sering banjir, akhirnya ia membuat pondok diatas rumah tersebut. Alasan tidak mendirikan bangunan permanen karena rumah pertahanan Jepang tersebut milik Negara dan ia bertugas menjaga bangunan tersebut.
"Selama saya tinggal disini sudah banyak peneliti, mahasiswa, bahkan orang Jepang yang datang untuk melihat rumah Jepang ini. Makanya arsitektur bangunannya tidak dirubah sama sekali dan dibiarkan asli," ungkapnya.
Hanya saja saat ini ia khawatir akan kondisi dinding rumah pertahanan yang mulai retak-retak. Hal ini diakibatkan akar pohon kapuk yang mulai menjalar ke sekeliling rumah.
"Pohon itu mau saya tebang, tapi biaya tebangnya sampai Rp 3 Juta. Saya hanya khawatir dinding rumah tersebut retak dan nilai sejarahnya bisa hilang," ujarnya. (Sripoku.com/Candra/Yuli)
Ini videonya :
Berita ini sudah dipublikasikan di Sriwijaya Post dengan judul Kisah Misteri Goa Jepang di Palembang, Lelaki Salat Terowongan ke BKB hingga Pemerkosaan