"Sekadar kepuasan, tantangan, dan yang penting punya prestise tersendiri. Kan bisa bilang, `Gua udah pernah loh moto begitu (perempuan tanpa busana)'," kata Ceh.
Hasil pemotretan, terus dia, tidak hanya disimpan si pemesan, tapi juga fotografer.
Namun foto tersebut hanya disimpan, tidak disebarluaskan.
"File fotonya itu untuk pribadi dia (konsumen), tetapi kita juga pegang. Tapi, file itu KT (konsumsi terbatas)," jelasnya.
Sesi pemotretan, biasanya berlangsung secara indoor di dalam kamar hotel.
Kalau sesi pemotretan dilakukan malam hari, hal itu bisa berlangsung sampai menjelang pagi.
"Kalau siang tidak lama, paling empat jam sampai enam jam," ujar Ceh.
Fotografer lainnya, Der (bukan nama sebenarnya) mengaku juga melayani permintaan foto seksi. Namun dia tidak ingin disebut melayani foto syur.
Dia juga mengaku tidak memasang tarif Namun konsumen harus menanggung biaya operasional, seperti sewa hotel, transportasi dan lainnya.
Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, Dwi Hapsah Handayani mengaku miris terkait fenomena perempuan muda memakai jasa fotografer profesional untuk difoto tanpa busana. (*)