Laporan Wartawan Tribun Jateng, Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, BANYUMAS - Tanah bengkok seluas 4 hektare di sudut desa Langgongsari, Cilongok Banyumas itu mulanya hanyalah lahan tandus yang nyaris terbengkelai.
Meski disewakan murah, hampir tidak ada warga yang bersedia memanfaatkan tanah tersebut karena lebih berisiko rugi.
Rasim, seorang petani di desa itu berani mengambil risiko untuk menyewa tanah itu seluas 1 hektare seharga RP 3,7 juta pertahun.
Ia menanami lahan itu dengan tanaman yang tak biasa ditanam petani setempat, berupa tanaman buah dan sayuran.
Selain Rasim, sebagian tanah itu disewa seorang pengusaha untuk pabrik penggilingan batu.
"Petani yang menyewa tanah di sini sering rugi. Akhirnya tanah ini sampai disewakan murah, namun tetap tak laku,"katanya, Kamis (16/11).
Rasim saat itu sempat berangan, jika terpilih menjadi kepala desa Langongsari kelak, ia akan menyulap tanah yang tersiakan itu menjadi lebih produktif, bagaimanapun caranya.
Usia terpilih sebagai kepala desa, Rasim benar-benar membuktikan janjinya.
Program prioritas di awal pemerintahannya adalah mengubah tanah bengkok itu menjadi sebuah taman agrowisata.
Rasim tak ingin setengah hati untuk menyukseskan programnya.
Sejak transfer dana desa meningkat mulai 2015, hingga tahun 2017 sekarang, ia mengerahkan 90 persen dana desa itu untuk pengembangan agrowisata.
Meski konsekuensinya, alokasi anggaran untuk pembangunan lain jadi ramping.
"Tahun 2015 dana desa cair Rp 300 jutaan, 2016 Rp 600 jutaan, dan 2017 Rp 900 jutaan. 90 persen dana itu dialokasikan untuk pengembangan agrowisata ini,"katanya,