Total warga Jateng yang menjadi korban sandera di Mimika yaitu 54 orang, terdiri dari 43 warga Demak, 5 warga Rembang, 2 warga Pati, 1 warga Cilacap, dan 1 warga Pekalongan.
Mereka ada yang pulang menggunakan biaya pribadi. Namun ada juga yang memilih tetap tinggal di Mimika.
Tak Mau Pulang
Sebanyak 43 warga yang pulang Rabu malam biayanya ditanggung Pemerintah Kabupaten Demak.
Sedangkan biaya bus, tes kesehatan, dan juga ruang VVIP Bandara Ahmad Yani, semuanya ditanggung Pemerintah Provinsi Jateng.
"Kami ditugaskan menjemput warga kami yang ada di Mimika, Papua. Sebenarnya ada satu warga yang juga akan pulang, namun ia menolak. Orang itu bernama Kusdianto warga Kedondong, Demak Kota, Kabupaten Demak," jelas Eko.
Pria yang akrab disapa Kokok ini juga menambahkan secara fisik 43 warga Jateng ini dalam kondisi baik. Namun secara psikologis, butuh waktu untuk menanangkan diri.
"Mereka ini kan kerja secara perorangan. Mereka menyewa lahan seharga Rp 10 juta per bulan. Hasilnya paling sedikir Rp 15 juta per bulan. Mereka bisa hidup berkecukupan dari hasil di Papua itu," kata Kokok, didampingi oleh Kepala Kesbangpol Demak, Agus Herawan.
Perasaan lega disampaikan Kepala Kesbangpol Pemprov Jateng, Achamad Rofai.
"Kami mewakili Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah membantu mengevakuasi warga kami ini," katanya.
Sebelum dipulangkan ke rumah masing-masing, warga dicek kesehatan lebih dulu di ruang VVIP Bandara A Yani, Semarang.
Kepala Disnakertrans Jateng, Wika Bintang, menyebut warga bisa mengikuti berbagai pelatihan agar mereka memiliki ketrampilan.
"Apabila mereka tetap memilih kembali ke Papua menjadi buruh tambang, kami tidak akan melarang," jelasnya. (tribunjateng/hei/rtp)