Namun peristiwa penyanderaan membuatnya enggan kembali bekerja di Mimika.
"Saya trauma bekerja di sana," tuturnya.
Ngarjani (53), warga Rembang, juga mengaku lega bisa kembali ke kampung halamannya.
"Saya merasa plong setelah TNI secara sembunyi-sembunyi menyelamatkan kami. Kami dapat informasi, TNI telah merapat ke lokasi penyanderaan selama empat hari empat malam sebelum melakukan operasi pembebasan," tuturnya.
Selama menjadi sandera, ia tidak dapat berkomunikasi dengan keluarga karena telepon selularnya dirampas penyandera.
Baca: 50 Pengemudi Becak Motor Peserta Kirab Budaya Resepsi Pernikahan Kahiyang Dinyatakan Sehat
"Semua harta kami disita. Apalagi telepon selular. Kalau tidak pintar-pintar menyimpan ya disita," jelasnya.
Menurutnya, para penyandera tersebut setiap sore sering memamerkan senjatanya.
"Kalau penganiayaan terhadap kami cuma satu. Kalau terhadap suku lain banyak," ucapnya.
Meski jadi korban penyanderaan, Ngarjani yang telah bekerja di Mimiki sejak 2013, tetap ingin kembali ke Papua.
"Kalau ada kesempatan saya masih mau bekerja di sana," katanya.
Ditanggung Pemerintah
Kepala Dinas Ketegakerjaan dan Perindustrian Demak, Eko Pringgolaksito mengatakan total warga yang dipulangkan pada Rabu malam itu berjumlah 43 orang.
Mereka terdiri dari 38 warga Desa Kedondong (Kecamatan Demak Kota), Desa Gebang (Kecamatan Bonang), dan Desa Melati (Kecamatan Mijen).
Sedang sisanya, 5 orang, berasal dari Rembang.