Sulaeman yang telah menggeluti profesi ini sejak tahun 70-an, mengaku kesulitan untuk mewariskan usaha ini kepada anak-anaknya.
Menurutnya, anak-anak dan menantunya lebih memilih bekerja sebagai buruh industri tekstil di wilayah Kecamatan Ciparay.
"Anak-anak abah semuanya perempuan dan suaminya tidak mau," kata Abah.
Sulaeman menjual bata merah seharga Rp 450 per buah.
Kakek ini menjual hasil produksinya itu kepada bandar, tak jauh dari tempat mencetak bata merah.
Selain gubuk milik Sulaeman, di sepanjang Jalan Sapan -Ciparay, ada sejumlah bangunan lainnya yang dijadikan tempat memproduksi bata merah. (Hakim Baihaqi)
Artikel ini telah tayang di Tribun Jabar dengan judul: Percaya Rezeki Ada yang Mengatur, di Usia Senjanya Sulaeman Tetap Setia Membuat Bata Merah