"Di hari ini di Pondok Tremas yang kami cintai.
Datanglah seorang malaikat, yang datang bagai merpati.
Dengan anggun mengobati gerah hati ini.
Akibat air bah yang mertamu di pondok kami.
Dengan semangatnya memacu energi kami.
Agar kuat menghadapi kenyataan ini.
Kucium semerbak harum akan pengabdian sejati.
Beliaulah khalifah negeri ini, bukan negeri Islam yang pasti.
Tapi, negeri yang penuh dengan cinta, warna dan budaya.
Beliaulah khalifah kami, pemimpin kami.
Beliaulah Bapak Jokowi."
Setelah puisi selesai dibacakan, Presiden Jokowi meminta kertas bertuliskan puisi itu dan memasukan ke saku celananya.
"Saya bawa ya, nggih nuwun,"kata Jokowi saat bersalaman dengan Ibnu dan disambut tepuk tangan dari ratusan santri.
Saat akan kembali, ajudan Jokowi membisikan kepadanya agar meminta hadiah sepeda kepada Jokowi.
Ibnu pun kembali mendekat ke arah Jokowi. Sambil malu-malu ia mengatakan, bahwa dirinya disuruh meminta hadiah sepeda.
"Terose kulo dikengken nyuwun sepeda (katanya,saya disuruh minta sepeda)," kata Ibnu.
Mendengar hal itu, Jokowi pun tertawa. "Kok tirose, lha mas Ibnu purun mboten," katanya.
"Nggih monggo kerso," kata Ibnu.
"Monggo kerso, nggih mboten mawon. Saya ini nggak bawa sepeda, tapi besok saya kirim sampai ke sini," timpal Jokowi sambil tertawa.
Jokowi kemudian meminta Ibnu untuk mencatat alamat dan menyerahkannya kepada ajudannya