News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Wanita Ini Donorkan Ginjalnya Demi Bayar Utang, Nasibnya Memilukan

Editor: Willem Jonata
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ita Diana (tengah) menunjukkan bekas operasi transpalasi ginjal, Kamis (21/12/2017).

TRIBUNNEWS.COM - Ita Diana mendonorkan ginjalnya kepada Erwin, untuk bertahan hidup. Ia rela melakukan hal itu supaya bisa membayar utang sebesar Rp 350 juta.

Namun, setelah mendonorkan ginjalnya, warga asal Kota Batu itu, belum bisa melunasi utang. Sebab, ia hanya mendapat uang sebesar Rp 70 juta dari Erwin.

Setelah itu, Ita menagih sisanya kepada Erwin. Kali ini, ia hanya mendapat uang Rp 5 juta. Jumlah itu, kurang dari yang dijanjikan sebelumnya untuk melunasi utang.

Baca: Pria Ini Baru Saja Dapat Donor Ginjal dari Wanita yang Bernasib Pilu

Ia benar-benar kesulitan menagih uang itu, karena diakuinya tak ada hitam di atas putih.

Bagaimana Ita bisa mendonorkan ginjalnya?

“Sebenarnya saya tidak kenal Pak Erwin. Yang mengenalkan adalah dr R,” kata Ita kepada SURYAMALANG.COM, Kamis (21/12/2017).

Saat itu, ia kalut karena terlilit utang. Ia datang ke rumah sakit di Kota Malang untuk menjenguk temannya yang sakit.

Setelah temannya selesai dirawat, Ita mengaku bingung pulang kembali ke rumah. Ia takut karena masih ada masalah utang.

Tak mau keluarganya terganggu, Ita memutuskan sementara bertahan di musala rumah sakit bersama pengunjung lain.

Tidak lama kemudian, ia kenal staf dan perawat di rumah sakit itu. Kepada merekalah ia menceritakan keluh kesahnya.

Suatu hari, ada staf yang mengajaknya ke ruang Hemodialisa (HD). Staf itu menyatakan kepada Ita, “Daripada hidup ibu putus asa, lebih baik berguna buat orang lain.”

Beberapa hari kemudian Ita dipertemukan dengan dr R. Setelah itu, ditemukan dengan Erwin.

Melalui serangkaian proses, ternyata ginjal Ita dinyatakan cocok dengan kebutuhan Erwin. Operasi transplantasi ginjal pun direncanakan.

Ita dipanggil untuk bertemu dr R dan Erwin bersama istrinya sepekan kemudian.

“Sebenarnya orang di RS sudah mengingatkan saya agar ada hitam di atas putih. Saya ikuti saran mereka dengan bilang ke istrinya Pak Erwin,” tuturnya.

Ita mengatakan kepada istri Erwin, bahwa dirinya tak menjual organ. Namun, ia punya kebutuhan.

“Saya ingin bapak (Erwin) sehat. Namun, saya juga ingin masalah saya diselesaikan bapak,” kata Ita kepada istri Erwin.

Istri Erwin menyatakan tidak akan menutup mata pada kebutuhan itu.

Kemudian terjadi kesepakatan. Operasi pun dijadwalkan.

“Saya hanya tanda tangan sekali,” lanjut Ita.

Namun, Ita tidak ingat detail perjanjian yang ditandatanganinya tersebut. Ia hanya ingat tulisan pihak pertama dan pihak kedua.

“Kalau ada apa-apa, itu di luar tanggung jawab rumah sakit,” ujar Ita.

Operasi dilakukan pada 25 Februari 2017. Saat operasi, tidak ada persetujuan dari keluarga  Ita.

Ita memang sempat ditanya soal keberadaan suaminya. Namun, ia menjawab suaminya sedang bekerja. Dokter atau pihak rumah sakit tidak berusaha mencari keluarga atau suami Ita.

“Saya tidak punya bukti apa-apa. Kuitansi saja tidak ada,” paparnya.

Seminggu sebelum operasi, Ita sempat diinapkan di hotel. Selama menginap, Ita mendapat uang saku sebesar Rp 75 ribu per hari.

Tiga bulan setelah operasi, tidak ada kabar sisa pembayaran dari Erwin. Saat menagih sisa uang ke Erwin, Ita malah mendapat makian. Termasuk tantangan ke jalur hukum.

Makanya Ita berusaha menemui dr R dan menceritakan hal itu. Ternyata dr R menyuruhnya mengikhlaskan dan menunggu Erwin melunasinya.

“Harapan saya, tanggungan saya lunas, dan bapak Erwin sehat," paparnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini