TRIBUNNEWS.COM, SINGARAJA – Gemuruh petir disertai hujan deras mengguyur sebagian wilayah di Buleleng pada Selasa (23/1/2018) malam.
Banjir bandang menerjang wilayah Kecamatan Banjar dan Seririt dalam waktu bersamaan.
Ratusan rumah terendam air disertai lumpur serta potongan-potongan kayu dan bambu.
Di bawah guyuran hujan deras tersebut, Putu Mastika (37) nekat menerebos banjir bandang dengan ketinggian air hampir satu meter.
Meski membahayakan dirinya, warga Dusun Corot, Desa Den Carik, Kecamatan Banjar, ini tak peduli demi selamatkan anak istrinya yang ada di rumah.
"Saat banjir melanda, saya tengah bekerja di vila. Tiba-tiba ditelepon oleh tetangga yang mengabarkan rumah saya diterjang banjir"” tutur Mastika saat ditemui di rumahnya, Rabu (24/1/2018).
Setelah menerima kabar banjir bandang itu, Mastika lantas bergegas pulang ke rumah dengan mengendarai mobil.
"Di perjalanan pulang air sudah setinggi pinggang orang dewasa. Saya terobos saja. Sampai di rumah, mobil saya parkir di dekat sungai. Hampir terseret juga, tapi untung ada pohon bambu, jadi tertahan di sana. Saya sudah pasrah yang penting anak dan istri selamat," ungkapnya.
Sampai di rumah, Mastika langsung memboyong anak dan istrinya ke wantilan.
"Saya ungsikan sementara di wantilan bersama warga lainnya," tuturnya.
Mastika pun bersyukur anak dan istrinya bisa selamat dari terjangan banjir bandang.
Ia juga bersyukur bencana besar tersebut tidak sampai menelan korban jiwa.
Hujan Enam Jam
Dari pantauan di lokasi, Rabu kemarin, wilayah Dusun Corot, Desa Dencarik, merupakan daerah paling berdampak oleh terjangan banjir bandang tersebut.
Baca: Tersangka Pengemudi Mobil yang Seruduk Puluhan Motor Diduga Dibawa Kabur Keluarganya
Ratusan rumah warga dilaporkan terendam air yang disertai dengan lumpur dan potongan-potongan kayu.
Banjir yang melanda Dusun Corot ini disebabkan karena air di Sungai Tampekan meluap.
Hujan yang mengguyur sejak pukul 17.00 hingga 23.00 Wita, Selasa (23//2018), membuat jumlah debit air di Sungai Tanpekan meningkat, hingga meluber ke rumah warga yang tinggal di bantaran sungai.
Dari pantauan kemarin, tampak lumpur tebal masih melekat di setiap sudut rumah warga.
Potongan-potongan bambu juga masih berserakan di halaman rumah dan badan jalan.
Warga, petugas BPBD, TNI dan kepolisian terlihat bahu membahu membersihkan lumpur dan material yang dibawa air bah.
Kepala Desa Dencarik, Putu Budiasa, mengaku belum mengetahui secara pasti berapa kerugian yang dialami oleh warganya akibat musibah ini.
Ia belum mendata berapa jumlah pasti rumah yang terendam banjir. Namun Budiasa memperkirakan jumlahnya mencapai ratusan unit.
Kini, sebanyak 15 kepala keluarga (KK) terpaksa mengungsi di wantilan desa.
Ini dilakukan guna mengantisipasi terjadinya banjir susulan.
"Belum didata jumlah pastinya berapa. Tapi kalau diestimasi dari hulu ke hilir bantaran sungai, bisa mencapai ratusan rumah. Sawah dan kebun anggur juga kena," terangnya.
Musibah Rutin Tahunan
Banjir disertai lumpur juga terjadi di Dusun Alas Arum, Desa Kalianget, Kecamatan Seririt.
Banjir setinggi lutut orang dewasa itu dilaporkan menerjang sebanyak 33 rumah warga.
Dikatakan warga, musibah ini rutin terjadi hampir setiap tahun, di bulan Januari atau Februari.
Saking terbiasanya, masing-masing warga telah memiliki mesin pemompa air sendiri, sehingga proses membersihkan lumpur menjadi lebih mudah.
Perbekel Desa Kalianget, Made Sujana, mengatakan banjir menyebabkan tembok penyengker sepanjang 25 meter milik Balai Dusun Banjar Dinas Alas Arum roboh.
Empat ekor ternak kambing dan babi milik warga juga dikabarkan hilang.
Uniknya, intensitas hujan di wilayah Dusun Alas Arum sebut Sujana tidak terlalu deras.
Namun banjir yang melanda diakibatkan oleh meluapnya air di Sungai Mendaum.
Sejatinya pihak desa sudah berupaya meminta bantuan kepada pemerintah pusat sejak 2015 lalu agar Sungai Mendaum dibuatkan senderan.
Namun permintaan itu tak kunjung terealisasi dengan alasan kekurangan anggaran.
Senderan ini, kata Sujana, sejatinya berfungsi untuk menahan tanah dan ranting-ranting bambu agar tidak masuk ke dalam sungai.
"Wilayah ini selalu terkena banjir, bahkan sejak saya masih kecil. Penyebabnya setiap hujan, air di sungai Mendaum itu selalu meluap. Aliran Sungai Mendaum itu dari Desa Gobleg, Kecamatan Banjar. Jadi kalau di sana hujan, di sini (Dusun Alas Arum, red) selalu banjir," katanya.
Camat Seririt, Nyoman Riang Pustaka, menyebutkan selain di Desa Kalianget, musibah juga terjadi di Desa Bestale.
Jembatan yang menghubung ke wilayah Subak putus diterjang banjir. Begitu pula di Desa Joanyar, terjadi pohon tumbang.
Selain banjir, longsor juga menimpa beberapa titik di wilayah Kecamatan Banjar. Antara lain di Desa Munduk, Gobleg, Gesing, Kayu Putih, Banyuatis dan Pedawe.
"Total titik longsor di Kecamatan Banjar ada 31 titik. Tanah longsor tidak sampai melumpuhkan arus lalu lintas. Alat berat semua sudah diturunkan," kata Kepala Pelaksana BPBD, Made Subur.
Terkait penanganan, Subur menyatakan pihaknya sudah turun ke lapangan untuk membersihkan sisa-sisa lumpur dan longsoran tersebut. Dia pun berjanji akan segera mengusulkan bantuan kepada provinsi agar para korban diberikan bantuan berupa materi.
"Nanti bantuannya akan langsung dikirim ke rekening masing-masing korban," ungkapnya.