Hendra yang semula garang mendadak jadi pendiam. Matanya berkaca-kaca. Dia mengakui sang istri menjajakan diri.
Pria yang kesehariannya membuka jasa tambal ban itu beralasan terhimpit masalah ekonomi.
Salah satunya adalah cicilan motor ELS.
"Saya tak mampu menafkahi. Mungkin dengan cara saya menjaga dia saat jual diri bisa menebus dosa saya sebagai suami," ucapnya.
Baca: Demokrat Meradang Nama SBY Disebut Terlibat Kasus Korupsi e-KTP
Tiap malam, Hendra dan ELS mangkal di Jalan Tanjung. Mereka selalu membawa buku nikah.
Fungsi lain buku nikah itu diungkapkan Hendra untuk mengelabui penjaga hotel.
Pasangan itu berasal dari Kabupaten Kudus. Mereka melaju Semarang-Kudus setiap hari.
"Kalau capek saya tidur di hotel tempat istri tidur dengan pria lain. Jadi, gantian kalau dia (laki-laki hidung belang) selesai," kata pria kelahiran Buton, Sulawesi Tenggara itu.
Tarif ELS sekali berhubungan badan Rp 300 ribu, belum termasuk ongkos hotel.
Dalam semalam, ELS bisa mengantongi paling banyak Rp 700 ribu.
Hendra mengisahkan kenal ELS di Jalan Tanjung. Semula, dia adalah pelanggan ELS.
Lama kelamaan mereka terlibat hubungan asmara kemudian menikah.
"Niatan saya menikahi ELS untuk mengentaskan dia dari pekerjaan itu. Saya tahu pekerjaan itu tak layak. Tetapi saya tak mampu, dan hanya ini jalan satu-satunya mendapat uang cukup," ujar duda beranak satu itu.