Awalnya peristiwa itu bisa dilerai dan Mbok Tum keluar meninggalkan cafe.
Tak lama kemudian Kebo juga keluar, dan berjarak sekitar 10 meter dari cafe terjadi pertengkaran antara Mbok Tum dan Kebo.
Mbok Tum kemudian pulang, dan sekitar pukul 03.00 WIB, saat cafe sudah tutup, dia kembali lagi bersama rekannya bernama Kutis. Saat itu Mbok Tum sudah membawa sebilah pedang.
Mbok Tum sempat membacok Kebo mengenai dahi kiri dan tiga jari kanannya hampir putus. Lalu datang Agus, rekan Kebo, juga langsung dibacok oleh Mbok Tum mengenai dahi, kepala bagian belakang, dan telapak tangan kanan.
Sesaat kemudian datang Umar, dan terjadilah perkelahian dengan Mbok Tum. Di sela perkelahian itu, Amak datang membawa galvalum dan langsung memukulkannya berkali-kali ke kepala Mbok Tum.
Bersamaan dengan itu, datanglah Edi membawa kayu papan dan memukulkannya ke kepala Mbok Tum hingga terjatuh. Saat itu, Umar langsung menghujamkan celurit ke tubuh Mbok Tum. Pria inipun tewas bersimbah darah.
"Selain karena luka bacok, pukulan menggunakan galvalum dan kayu ini yang mengakibatkan Mbok Tum meninggal dunia. Satu sisi dia menjadi korban, tapi di sisi lain juga sebagai tersangka karena sempat membacok korban lain. Namun kasusnya gugur lantaran telah meninggal dunia," papar Kapolres.
Di sela menjalani pemeriksaan di Polsek Waru, para tersangka mengakui persoalan ini berawal dari perselisihan mereka ketika sama-sama menjadi pengunjung cafe tersebut. Akibat pengaruh minuman keras, cekcok mulut dinihari itu berujung pertumpahan darah. (M Taufik)