Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rifqi Gozali
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Sejumlah petani di Kabupaten Pati lebih memilih memanen bawang merahnya lebih cepat. Normalnya, sejak tanam petani biasa memanen pada hari ke-47.
Namun berhubung terserang hama akhirnya petani lebih memilih memanen lebih awal di hari ke-40.
Sungkono (41), seorang petani asal Desa Ngurensiti, Kecamatan Wedarijaksa, Pati mengaku mengalami kerugian karena tanaman bawang merahnya diserang hama.
Tidak hanya itu, tingginya curah hujan juga sangat berpengaruh atas hasil panen.
Menurut Sungkono, hama yang menyerang bawang merah di antaranya yaitu orek-orek atau sejenis serangga yang menyebabkan ujung daun mengering.
Hama lain misalnya ulat yang menyerang batang bawang merah bisa menyebabkan melepuh hingga akhirnya tumbang.
"Aslinya memang belum saatnya dipanen. Tapi karena memang diserang hama akhirnya kami panen lebih cepat," kata Sungkono, Rabu (7/3/2018).
Petani lainnya, Saridah (40) juga mengalami hal yang sama. Bahkan sejak sepekan ditanam, bawang merah yang ia tanam sudah mulai diserang hama. Tingginya curah hujan, katanya, juga berimbas buruk terhadap hasil panen.
"Malah sebelas hari setelah tanam sempat terendam banjir. Makanya hasilnya kurang bagus," kata Saridah.
Dia berujar, jika biasanya hasil bawang di lahan miliknya seluas seperempat hektar bisa menghasilkan hingga satu ton, kini hanya bisa menghasilkan tiga kuintal bawang.
Namun meski hasil panennya menyusut, stabilnya harga bawang di pasaran tidak membuatnya terlaku risau. Saat ini harga bawang merah dari petani berada di angka Rp 12 ribu per kilogram.
Hal itu dinilai lumayan bagus, ketimbang sebelumnya yang berada di angka paling tinggi Rp 5 ribu per kilogram.
"Tapi ini harganya stabil, lumayan. Sekitar Rp 12 ribu. Daripada sebelumnya yang hanya seharga Rp 5 ribu, itu pun paling tinggi," katanya.(*)