Terakhir ia, putra pertama pasangan Muhammad Sofyan - Umi Ariha (61) ini nyantri di Pesantren Gading sambil kuliah di UIN.
Saat itu tahun 2006. Seorang tetangga meminta tolong Azam untuk mengajari anaknya mengerjakan PR. Murid pertamanya itu bernama Yofi Diantara. Seorang siswa sebuah SMK.
Beberapa hari mengajari Yofi, beberapa tetangga ikut bergabung. Jadilah seperti les kelompok. Azam mengajari mereka setiap malam.
“Semuanya gratis. Tapi lama lama, mungkin kasihan, ada yang memberi bisyaroh (semacam angpo atau hadiah untuk kegembiraan),” kisah Azam.
Kelompok belajar kecil terus berkembang. Sampai-sampai ruang tamu rumah tidak muat, meski semua meja kursi sudah dipindah ke dapur. Teras rumah pun ikut dijadikan tempat belajar.
Tiga tahun kemudian. Tepatnya tahun 2009, rumah benar-benar sudah tidak muat. Ia lalu memanfaatkan rumah kakeknya, yang berada di sebelah rumahnya untuk kegiatan belajar-mengajar.
Yang membuat Azam senang. Di tengah kesulitannya itu, ia menemukan orang special yang bisa membantunya. Ida Nurmala, perempuan asal Kletek, Kecamatan Taman, Sidoarjo yang tahun itu dinikahinya.
“Sejak ada istri, administrasi menjadi lebih tertata. Kami berkomitmen semakin besar jumlah siswa di tempat ini harus semakin besar manfaatnya. Karenanya, kami sepakat menerapkan subsidi silang. Siswa yang tidak mampu dan siswa yatim piatu semua gratis,” tuturnya.
Banyaknya siswa bergabung membuat Azam kembali harus memutar otak. Lagi-lagi keterbatasan ruangan menjadi masalah utama.
Dengan keterbatasan dana, ia putuskan membangun gazebo sederhana. Gazebo bambu di halaman rumahnya. Tiga gazebo itu membutuhkan Rp 12 juta. Tapi Azam waktu itu cuma punya Rp 8 juta.
“Seperti keajaiban, begitu gazebo mulai dibangun murid yang datang sangat banyak sekali. Setelah selesai pembangunan kami total semua habisnya sampai Rp 125 juta karena berkembang dengan pembangunan taman, kolam ikan dan sebagainya. Saya sangat bersyukur, kami tidak mengambil bantuan dari manapun demi menjaga independesi lembaga ini,” paparnya.
Kini berkat partisipasi para orang tua dan warga sekitar, Kampoeng SinAoe bisa menempati sejumlah rumah warga. Total tujuh rumah warga berubah menjadi pusat belajar di kampung ini.
Terhitung, ada 17 kelas dengan jumlah murid sekitar 600 anak. Mereka dibagi tiga sift, sore pukul 17.00 – 18.30 WIB (dipotong Salat Magrib), kemudian sift kedua jam 18.30 – 20.00 WIB dan sift tiga 20.30 – 22.00 WIB.
Muhammad Zamroni
Panggilan : Azam
Lahir : Siwalan Panji, 19 Agustus 1979.