Nozzle alias nosel, atau secara awam dikenal dengan nama semprotan merupakan senjata petugas Damkar. Pipa di ujung saluran air inilah yang mengarahkan air ketika memadamkan api.
Jika polisi dan tentara memiliki prosesi 'pedang pora', maka petugas Damkar memakai prosesi 'nozzle pora' itu.
Setelah dilepas memakai prosesi 'nozzle pora', Anggoro diantar menemui mempelai pengantin putri dan menjalani tradisi temu manten.
Dari puluhan petugas Damkar itu, ada dua orang yang memakai seragam saat memadamkan api, yakni seragam pemadam yang berwarna oranye terang dilengkapi helm.
Petugas itu juga membawa gancu, alat yang juga dibawa ketika memadamkan api.
"Kalau 'nozzle pora' itu tradisi yang sudah ada di Damkar sejak dulu. Kalau di Damkar Kota Malang sudah tiga kali ini digelar ketika ada anggota yang menikah," ujar Kepala UPT PMK Kota Malang Jose Belo.
Namun ada pembeda dalam rangkaian pernikahan petugas Damkar kali ini. Pembedanya adalah arak-arakan pengantin memakai mobil Damkar lawas.
Baru kali pertama ini, petugas Damkar yang menikah diarak memakai mobil 'blangwir'.
Tentunya pengantin laki-laki dan perempuan yang diarak.
"Kalau arak-arakan baru kali pertama ini. Dan baru diawali di Malang. Meskipun di sejumlah negara lain seperi Belanda juga Amerika, kalau ada pemadam kebakaran menikah, pengantinnya akan diarak mengendarai mobil pemadam," imbuh Belo.
Anggoro dan Novi tentunya mengaku kaget. Mereka sangat terkejut dengan hadiah dari petugas PMK Kota Malang, berupa arak-arakan manten itu.
"Sangat terkejut tentunya, karena baru tadi pagi diberitahu kalau akan diarak. Ndredeg meskipun pede (percaya diri) saja," ujar Anggoro.
Setelah temu manten dan pengajian nikah selesai, pengantin diarak mengendarai mobil blangwir.
Pengantin diarak melewati rute yang selama ini dipakai untuk 'Malang Fire Fighter City Tour' antara lain melewati Alun-Alun Merdeka Malang, Jl Majapahit, Balai Kota Malang, Jl Basuki Rahmat dan kembali ke Kantor PMK di Jl Bingkil.