Sebelumnya, juru bicara keluarga Agustinus Boimau mengatakan, pihaknya melapor polisi karena pada tubuh Milka terdapat banyak jahitan. Kemudian keluarga membuat laporan polisi, Senin (12/3/2018).
"Kami sudah lapor ke Satgas Trafficking Polda NTT dan hari ini saya dipanggil untuk memberikan keterangan ke polisi," ucap Agustinus kepada Kompas.com, Selasa (13/3/2018).
Menurut Agustinus, keluarga ingin kasus ini dibawa ke ranah hukum agar polisi bisa mengusut tuntas penyebab tubuh Milka penuh jahitan.
Ia menilai, kematian kakaknya itu tidak wajar, karena beberapa saat sebelum meninggal, Milka sempat menelepon dirinya.
Baca: Duka Anak TKI yang Dihukum Pancung: Edo Hanya Tahu Wajah Ibundanya Lewat Foto di Dinding
"Kita serahkan semua kepada polisi dan kita berharap agar masalah ini bisa ditangani secepatnya," imbuhnya.
Sementara itu, kakak kandung Milka, Saul Boimau mengaku, keluarga tidak setuju dengan proses otopsi yang dilakukan pihak rumah sakit Malaysia.
"Kami tidak terima baik dengan kondisi adik kami. Ini jahitan apa. Kalau mau otopsi atau operasi, harus koordinasi dengan kami sebagai keluarga. Harus ada persetujuan dari kami sebagai keluarga," tegas Saul.
Menurut Saul, semua keluarga tidak terima dengan kondisi jenazah Milka, yang penuh jahitan mulai dari leher, hingga perut bagian bawah.
Bukan hanya itu saja, pada bagian telinga berwarna hitam seperti bekas pukulan.
Padahal, lanjut Saul, dari surat yang diterima pihaknya dari KJRI Penang, tertulis bahwa penyebab Milka meninggal karena sesak napas akibat infeksi paru-paru. Karena itu, ia menilai tidak perlu dilakukan otopsi.
"Kenapa sakitnya hanya sesak napas, tapi jahit begini banyak, mulai dari leher sebelah menyebelah, hingga perut," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, dua orang TKI asal Provinsi NTT meninggal di Malaysia.
Kepala Seksi Perlindungan dan Pemberdayaan BP3TKI Kupang Timoteus K Suban mengatakan, dua TKI itu meninggal karena sakit.