Tatang mencontohkan, Subang dengan potensi komoditi nanas.
Hingga saat ini, nanas di Subang dijual utuh sebagai buah nanas, belum ada pengembangan dari produk itu.
“Petani hanya nanam panen, lalu jual. Harga per buahnya, murah hanya Rp 10 ribu. Padahal ketika dikemas kalengan nanas, bisa dijual Rp 20- Rp 30 ribu,” ujar dia.
Begitupun untuk potensi wisata, destinasi alam di Jabar luar biasa.
Sehingga harus ada kemasan baru menciptakan destinasi baru agar wisatawan, baik lokal maupun mancanegara tertarik datang.
Tumbuhnya kelas menengah baru yang sangat konsumtif harus menjadi nilai tambah ekonomi buat masyarakat.
“Itu potensial market yang harus dikapitalisasi oleh pengembangan wisata Jabar. Destinasi baru harus dibuat lebih menarik, ditambah dengan atraksi yang menarik,” kata dia.
Bahkan menurut dia, pemerintah harus menggandeng mitra strategis kelas dunia, misalnya dengan membuat program Ciwidey global tourism sebagai pusat yoga dunia.
Agar destinasi wisata baru itu mudah diakses maka, pemerintah harus mendorong connectivity infrastruktur.
“Jalan kereta atau jalan alternatif harus dibangun, karena muara pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat,” kata Tatang.