Ia mengklaim bahwa padi belut yang ditanam di boks besar mampu menghasilkan 0,6 kilo gram gabah yang jika disamakan dengan padi di sawah hasilnya jauh lebih banyak padi belut dalam box.
"Kadar air padi dalam box ini lebih sedikit ketimbang yang di sawah. Ini juga bulirnya lebih berat. Hal itu karena pengaruh media tanam dan perawatannya. Kami menggunakan padi jenis IR-64," tuturnya.
Ia mengaku baru mencoba metode tersebut sejak 8 bulam silam.
Saat ini terdapat 40 boks yang ditempatkan di halaman rumah, gang, dan tepi jalan.
Nanti pada Oktober mendatang jumlahnya akan bertanbah menjadi 1.500 boks padi belut.
"Kalau dampak ekonominya saat ini belum terasa karena masih baru dan untuk mensejahterakan warga sekitar terlebih dahulu. Tapi kalau tawaran (pembeli) dari supermarket dan luar kota memang sudah ada," ujarnya.
Ketika diperdagangkan nanti, Eka menjelaakan bahwa 1 Kg beras padi belut tersebut dapat bernilai Rp 30 ribu.
Ia tidak berani melabeli beras tersebut sebagai beras organik.
Eka menjelaskan bahwa seluruh proses penanaman dan perawatan dilakukan secara alami dan tanpa menggunakan pestisida.(TRIBUNJOGJA.COM)