Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Subandi
TRIBUNNEWS.COM, KETAPANG – International Animal Rescue (IAR) Indonesia dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) SKW I Ketapang melakukan translokasi dua individu orangutan (Pongo pygmaeus) induk dan anak dari Desa Tempurukan, Kecamatan Muara Pawan ke Hutan Sentap Kancang di Kecamatan Muara Pawan, Kamis (12/4/2018).
Manager OPU IAR Indonesia, Catur mengungkapkan menurut informasi dari warga sekitar Desa Tempurukan, sejak tahun 2013 individu orangutan ini sempat terlihat masuk ke perkebunan warga.
Menanggapi laporan warga kala itu, tim mitra desa yang dibentuk oleh IAR Indonesia di Desa Tempurukan telahmulai melakukan penghalauan untuk mengurangi resiko konflik.
Seiring berjalannya waktu, perjumpaan warga dengan orangutan ini semakin meningkat akibat terjadinya perubahan fungsi lahan dan kebakaran lahan yang menyebabkan akses orangutan ini ke hutan tempat asalnya menjadi terputus.
Baca: Mayat Bu Guru Reli Tergantung di Pohon Mangga, Diduga Dibunuh
Menindaklanjuti kondisi ini, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia melakukan kajian lebih dalam terkait dengan orangutan dan kondisi hutan dan lahan di sekitar Desa Tempurukan dan Kalibaru.
"Berdasarkan hasil kajian tim OPU, orangutan ini berada dalam kawasan yang terfragmentasi dan terisolir," kata Catur melalui rilis Media and Communication IAR, Heribertus Suciadi kepada wartawan di Ketapang, Senin (16/4/2018).
"Jarak antara orangutan ini dan hutan juga cukup jauh serta banyak aktivitas masyarakat di sekitar orangutan ini. Jumlah makanan pun dilaporkan hanya sedikit sehingga potensi orangutan ini turun ke kebun warga cukup besar," tambahnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, IAR Indonesia dan BKSDA Kalimantan Barat sepakat untuk melakukan translokasi induk dan anak orangutan yang diberi nama Mama Ris dan Baby Riska ini.
Baca: Bocah SD Ditemukan Tak Bernyawa di Dasar Kolam Renang
Tim patroli OPU yang bertugas mengawasi orangutan ini sempat kehilangan jejak orangutan sehingga kegiatan translokasi sempat ditunda.
"Pada 11 April tim kami berhasil menemukan jejak orangutan dan keesokan harinya kami dengan tim medis IAR serta rekan-rekan dari BKSDA Kalbar melakukan translokasi orangutan ini," ungkap Catur.
Kegiatan translokasi ini dimulai dari pagi dan berjalan dengan lancar.