Martinus Baru masih ingat betul. Dia buru‑buru menelepon perwakilan maskapai penerbangan Mission Aviation Fellowship (MAF) untuk menjemput ke Bandara Yuvai Semaring, Long Bawan, Krayan, Nunukan. Saat itu, ibunya Liung Foret sedang membutuhkan pertolongan cepat, agar bisa segera mendapatkan perawatan di RSUD Tarakan.
"Waktu itu mamak saya sakit dalam. Makanya harus secepatnya dirujuk ke Tarakan," katanya.
Sekitar sejam kemudian, MAF tiba di Long Bawan. Martinus dan seorang adiknya serta ibunya tak berapa lama kemudian terbang ke Tarakan..
Tak jauh berselang, Martinus juga harus menghubungi MAF agar menjemput Orsini (40), adik sepupunya yang sedang mengalami pendarahan. Hari itu, Minggu MAF datang menjemput untuk diterbangkan ke Tarakan, tak lama setelah pihak keluarga menelepon pihak maskapai penerbangan.
Sesampainya di Tarakan sejam kemudian, Orsini langsung mendapatkan perawatan hingga cuci darah. Nyawanya pun tertolong.
"Menurut dokter puskesmas, lewat sehari saja sudah tidak bisa diselamatkan. Karena darahnya sudah masuk ke dalam perutnya. Darahnya penuh diperut. Kita panggil MAF, langsung datang. Kalau tidak, sudah tidak bisa tertolong di puskesmas," kenangnya.
Pesawat masih menjadi kebutuhan warga di Krayan untuk bisa mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik di Kota Tarakan saat pasien dalam kondisi darurat.
Pakai Pesawat
Anggota DPRD Kabupaten Nunukan Marli Kamis menyebutkan, pada kurun waktu 25 Desember hingga 4 Januari 2016, sedikitnya empat warga di Krayan dan Krayan Selatan meninggal dunia karena lambat tertolong. Ribed warga Desa Wa Laya, Kecamatan Krayan salah satunya.
Martinus yang masih kerabat dengan Ribed menceritakan, dari Wa Laya korban harus diangkut dengan mobil menuju ke Long Bawan untuk mendapatkan perawatan. Dokter merujuk agar pasien segera diterbangkan untuk mendapatkan pelayanan medis yang lebih baik. Namun, tanpa MAF, tiga hari dirawat di puskemas, Ribed mengembuskan nafas terakhir.
Korban lainnya, sebut Marli Kamis, Yusuf Langit, warga Desa Long Umung, Kecamatan Krayan. Martinus yang kebetulan sedang berada di Long Bawan menceritakan, saat itu Yusuf tiba‑tiba rebah di jalan. Diapun segera dilarikan ke puskemas di Long Bawan.
"Dirujuk ke Tarakan, masalahnya pesawat tidak ada. Tidak bisa konek pesawatnya, malamnya dibawa kembali ke Long Umung karena sudah meninggal dunia," ujarnya.
Pendeta Dolop, warga Desa Terang Baru, Kecamatan Krayan juga meninggal dunia karena tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. "Semua itu tidak tertolong karena pesawat," kata Marli.
Gath Khaleb, warga Krayan Selatan mengatakan, saat itu Timang memang sudah dalam kondisi tidak sadarkan diri. Marli mengatakan, mengingat pentingnya angkutan udara bagi warga Krayan yang membutuhkan pertolongan saat kondisi darurat, sudah saatnya Pemprov Kaltara dan Pemkab Nunukan bekerjasama mengadakan ambulans udara.