News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Bom di Surabaya

Tetangga Tak Menyangka Sosok Santun dan Ramah itu Menjadi Pelaku Pengeboman

Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Rumah keluarga pelaku pengeboman tiga gereja Surabaya di kawasan Wisma Indah Permai.

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Tim Detasemen Khusus Antiteror 86 melakukan penggeledahan di rumah kontrakan pelaku pengeboman tiga gereja di Surabaya.

Rumah yang beralamat di Wonorejo Asri, Surabaya tersebut dihuni oleh satu keluarga yang menjadi pelaku pengeboman.

Polisi menemukan empat benda diduga bom berdaya ledak tinggi di rumah pelaku bom bunuh diri, bom diletakkan pelaku di kamar depan.

"Empat benda (diduga bom) itu kini sudah diamankan," kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Rudi Setiawan.

Dita Oepriarto (sebelumnya ditulis Dipta Noprianto) diduga merakit bom di rumahnya sebelum beraksi di gereja di Surabaya, Jawa Timur.

Sebab, polisi menemukan bahan-bahan berbahaya pembuatan bom.

"Dirakitnya di rumah tersebut," kata Kombes Rudi.

Baca: Warga Blok A dan B Rusun Wonocolo Belum Boleh Masuk Pascaledakan

Ditemukan juga bahan-bahan untuk perakitan bom seperti belerangg, aseton, HCL, Aquades, H2O, black powder dan korek api kayu dan styrofoam.

"Itu barang berbahaya di TKP rumah pelaku," kata Rudi.

Belum diketahui dari mana Dita bisa merakit bom di rumahnya.

Polisi masih menyisir rumah untuk menemukan barang bukti lainnya terkait aksi teror di 3 gereja.

Polisi juga menemukan sejumlah barang bukti seperti panah hingga buku-buku.

"Di bagian belakang ada lesan panah (target panah), anak panah dan busur panah. Di dalam lesan terlihat sering digunakan keluarga," kata Kombes Rudi.

Polisi menemukan sejumlah dokumen dan buku-buku. Ada juga sejumlah tulisan yang ditemukan polisi di dalam rumah tersebut.

Baca: Aktivitas Sejumlah Gereja di Bandung Berjalan Normal, Jemaat Tidak Takut

"Ada beberapa dokumen sedang dikumpulkan semua dan sedang diteliti, ada beberapa buku, ada beberapa tulisan-tulisan ada beberapa pesan-pesan juga sedang kita kumpulkan," ungkapnya.

Menurut salah satu tetangga, Unjung Susilo, warga Blok J, dia tidak mengira jika Dita yang dikenal sebagai sosok santun dan ramah pada warga itu menjadi pelaku pengeboman.

"Terakhir saya ketemu kemarin, pulang dari musala. Dan beliau selalu menyapa, setelah itu tak berbicara banyak. Tapi selalu menyapa," kata Unjung.

Baca: Jenazah Tiga Wanita Bercadar Masih Tergeletak di Parkiran Gereja, Kondisinya Mengenaskan

Unjung mengatakan Dita menempati rumah di blok K/22 A itu sejak tahun 2010. Dita sendiri diketahui bekerja sebagai distributor obat herbal.

Untuk kesehariannya, Unjung tidak melihat ada yang mencurigakan dari sosok Dita.

"Dari cara berpakaiannya biasa, tidak ada yang mencurigakan. Kalaupun ada tamu, dia selalu menemui di teras atau di dalam tapi pintu tetap terbuka," kata Unjung.

Jika Dita ke luar rumah, kata Unjung, dua anak laki-lakinya yang bernama Fadil dan Firman selalu berboncengan menuju ke musala.

Baca: Jelang Ramadan dan Idul Fitri, Penumpang Pesawat di Kaltara Diprediksi Naik 3.000 Orang

"Kalau istrinya jarang keluar, tapi tak mencurigakan. Nggak pakai cadar juga, yang sering keluar adalah dua anaknya yang perempuan, main sepeda keliling komplek," lanjut Unjung.

Untuk tamu yang sering mengunjungi, Unjung tidak melihat hal yang aneh.

"Tiap hari selalu ada tamu. Tidak pernah ada pertemuan atau pengajian. Ada beberapa tamunya yang menggunakan cadar, ada juga yang berpakaian normal," ujar Unjung.

Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menyebut satu keluarga pengebom tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur, sang istri bernama Puji Kuswanti berasal dari Banyuwangi.

BOM GEREJA - Polisi berjaga di sekitar lokasi ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jl Arjuno, Surabaya, Minggu (13/5). Ledakan terjadi di tiga lokasi di Surabaya, yakni di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS), dan Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela pada waktu yang hampir bersamaan. SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ (Surya/AHMAD ZAIMUL HAQ)

Mereka baru saja pulang dari Suriah, belajar strategi teror. Masih ada 500-an orang lagi yang masih berkeliaran.

"Yang kembali dari Suriah 500, termasuk di antaranya keluarga ini," kata Kapolri.

Mereka ke Suriah bergabung dengan ISIS dan kembali ke Indonesia.

Mereka di ISIS belajar strategi teror, kemiliteran dan membuat bom.

Ketika kembali ke Indonesia, UU Teroris Indonesia tidak bisa menghukum tindakan tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini