TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – L (43) tidak menyangka bahwa suara ledakan yang ia dengar ternyata adalah suara bom.
Ia mengaku sempat merasakan lantai rumahnya bergetar, namun ia tidak berpikiran getaran tersebut akibat ledakan bom.
"Mungkin gempa, pikir saya. Ibu saya malah bilang, ‘apa ada lemari jatuh ya?’ ya malah nggak mungkin," kata perempuan yang tidak mau disebutkan namanya ini ketika ditemui di Rumah Duka Adi Jasa, Senin (14/5/2018).
Ia kemudian melanjutkan aktivitasnya seperti biasa. Ia keluar rumah dan melihat asap hitam membumbung di atas Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuno, Sawahan.
Namun ia mengira asap tersebut akibat pembakaran kecil yang tak perlu dikhawatirkan.
"Baru kemudian tetangga saya tanya, tante saya mana, itu gereja dibom lho," tuturnya.
Spontan L panik, ia bergegas mendatangi gereja sekitar pukul 08.00 WIB, namun tak bisa melakukan apa-apa karena lokasi telah diamankan petugas.
Baca: Mulyo Melihat Sebagian Tubuh Perempuan Bercadar yang Diberhentikan Rekannya itu Terbang
Ia juga sulit mendapat informasi akan dibawa ke rumah sakit mana jasad tantenya, Go Derbin Ariesta (66).
"Petugas di lapangan juga tidak bisa memberi informasi, kan banyak rumah sakit yang dituju. Tetapi ya saya mengerti," ujarnya.
Akhirnya, L membagi tugas dengan adiknya untuk berpencar mengelilingi beberapa rumah sakit yang disebut oleh media.
Tetapi ternyata proses identifikasi sulit sekali. Adiknya menemukan jasad yang sesuai ciri-ciri di suatu rumah sakit, namun ternyata bukan sang tante.
Mereka baru yakin ketika menemukan di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya.
Meski ciri-ciri sesuai, pihak rumah sakit tetap hanya memberikan 99 persen kepastian, karena wajah tantenya sudah terlalu hancur untuk diidentifikasi.
Baca: Anggota Polrestabes Medan Diduga Rusak Kitab Suci Alquran, Berikut Kronologisnya
"Mereka tidak mau memastikan 100 persen, karena wajah tante saya sudah sangat melepuh. Tubuhnya hangus. Adik saya yang berani melihat, saya tidak," katanya dengan sedikit bergetar.