Tangannya terlihat cekatan, membereskan dan mengumpulkan bawang itu menjadi satu ikatan.
Selesai merajut satu ikatan, ia kemudian menunjukan kepada Tribun Jogja.
"Ini nanti dibawa pulang untuk bibit. Persiapan musim tanam kedua. Biasanya awal Bulan Juli,"tuturnya.
Ia memperdiksi bawang merah yang telah dijual dari luas lahan 600 meter persegi akan menghasilkan 6 kuintal bawang merah.
"Harganya saat ini memang lagi bagus. Ya kita (petani) diuntungkan," ungkapnya.
Panas dari teriknya matahari tak dihiraukan.
Berbekal jaket lengan panjang dan penutup kepala, ia terus mengumpulkan satu persatu bawang merah yang tergeletak ditanah.
Petani lain, Sumanto Wiharjo, mengatakan, bila harga bawang merah terus stabil dan cenderung mengalami kenaikan, maka pihaknya mengaku senang.
Karena artinya petani akan banyak diuntungkan.
Ia menilai, menjadi petani bawang merah saat ini begitu sangat berat.
Dari mulai harga bibit yang mahal, pupuk langka, hingga hama yang seringkali susah untuk diatasi.
Selain itu, masalah cuaca yang tidak menentu juga seringkali menjadi kendala para petani bawang merah di Bantul ini.
"Kadang kita sudah beli bibit mahal-mahal, Rp 5 juta, karena tanaman terserang hama kadang tidak balik modal. Tidak laku," bebernya.
"Kalau sekarang ini, harganya lagi lumayan tinggi. Saya pengennya stabil supaya petani bisa untung," harap dia. (*)