Setelah peristiwa banjir di Bengawan Solo, muncullah juru selam, juru mudi, dan juru dayung.
Aliran Bengawan Solo kemudian digeser agak ke timur menjelang memasuki kota.
Ketika itu, dibangun pengaman di tepi kota bagian selatan dan timur untuk mencegah banjir.
Dengan adanya tanggul dan hilangnya banjir, berakhirlah tugas Kapal Rodjomolo.
Setelah itu, canthik kapal dicopot dan disimpan sebagai simbol kemegahan.
Hingga saat ini, chantik kepala tersebut disimpan di Museum Keraton Surakarta dan di Museum Radya Pustaka.
Pada hari tertentu, selalu diberi sesaji lengkap dengan tujuan menghormati penunggu canthik perahu. (*)