Tim Basarnas mengerahkan banyak pasukan untuk evakuasi.
Dengan peralatan lengkap termasuk alat pernapasan, sarung tangan, helm, baju dan celana safety, tim relawan masuk dan menyusuri sebuah lubang yang berukuran tidak terlalu besar.
Lubang tersebut dibuat sebagai akses keluar masuk relawan dan tentunya juga untuk mengevakuasi korban.
Celah tersebut sudah dibuat sejak Selasa (7/8/2018).
Tim sebelumnya memutuskan mencari tanda-tanda kehidupan dan faktanya tidak ada sehingga menggunakan alat berat, untuk membongkar reruntuhan agar ada akses masuk.
"Kalau kita evakuasi dari dalam berisiko sehingga harus buka akses dengan memotong besi, juga menyanggah bangunan dengan alat berat," kata dia.
Basarnas dan relawan kemudian memutuskan mengangkat jenazah korban yang sudah tercium aroma khas tersebut pada Rabu kemarin.
"Kita putuskan melanjutkan hari ini (kemarin) dengan membuka ruang yang lebih lebar lagi agar akses menuju korban bisa dilanjutkan. Dan terbukti bisa kita lakukan dan berhasil mengevakuasi korban," jelas Made Kayuniade.
Ade yang sudah 18 tahun bergabung di Basarnas menyebut, posisi korban di dalam masjid itu terjepit dan dikelilingi dengan reruntuhan.
"Samping kiri kanan semua reruntuhan, tidak ada barang-barang lain. Pakaian ibadahnya juga masih lengkap di badan," kata dia.
Hal yang paling diingat Ade yakni saat ia harus membuka jalan bagi evakuasi korban dan harus menopang tiang masjid.
"Yang paling sulit ya pas membuka jalan bagi korban agar bisa keluar. Dan itu menggunakan alat berat. Jadi tiang itu kita letakkan alat berat sebagai penyanggah agar reruntuhan tidak jatuh," urainya.
Setelah berjuang keras, akhirnya Made Kayuniade dan kawan-kawan berhasil mengangkat dan mengeluarkan jenazah Salemah dari reruntuhan masjid.
Tampak keringat bercucuran di wajah Ade, panggilan Kayuniade.