News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Saat Masa Prasejarah Desa Banjarejo Bagian Ekosistem Rawa-Rawa Laut dan Dasar Laut

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penyelamatan temuan fosil gajah purba di Dusun Kuwojo, Desa Banjarejo, Kec Gabus, Grobogan, Jateng, oleh tim BPSMP Sangiran, medio Juli 2017. Temuan fosil gajah purba ini relatif utuh dan kondisinya cukup baik

Morfologi Banjarejo di sisi utara terdiri perbukitan struktural bergelombang landai, lahan denudasional datar berupa endapan hingga tepi Kali Lusi.

Di sisi selatan desa nyaris denudasional datar terdiri endapan alluvium berumur resen hasil bentukan pelapukan batu asal, kemudian tererosi dan terendapkan jadi soil, dengan batuan dominan berupa batu lempung.

"Morfologi Banjarejo yang sekarang tentu sangat jauh berbeda dengan masa Plestosen, kalau perkiraan saya Plestosen tengah ketika gajah purba itu mati. Lokasi sekarang ini rawa-rawa, atau wilayah transisi antara laut dan daratan," jelas Wahyu.

Baca: Bagi Tulus, Gajah Bukan Sekadar Judul Lagu

Menurut Wahyu, jagat arkeologi sangat beruntung bisa menemukan fosil cukup utuh gajah purba di lapisan tanah lempung hasil endapan rawa pantai.

"Biasanya di lapisan ini fosil akan solid karena proses sedimentasi berlangsung lebih tenang dan perlahan," kata arkeolog lulusan UGM ini.

Hasil penelitian awal BPSMP Sangiran, wilayah sebaran yang mengandung fosil fauna vertebrata di Banjarejo mencapai garis tengah 2,5 kilometer.

Tak kurang 600an fragmen fosil terdiri 15 familia/keluarga fauna darat maupun air, kini terkumpul di rumah Kades Banjarejo. 

Ada familia Elephantidae (gajah), Bovidae (kerbau, banteng, antelop). Kemudian famili Cervidae (rusa), Rhinocerotidae (badak), Hippopotamidae (kuda sungai), Felidae (harimau, singa, kucing), Crocodylidae (buaya muara) Lamnidae (hiu putih). 

Ada famili Charcharhinidae (hiu banteng), Bivalvia (kerang), Gastropoda (siput, keong), Canidae (serigala, anjing hutan), dan Gavialidae (buaya sungai). 

Dari temuan-temuan fosil beraneka ragam famili fauna darat dan air itu, untuk wilayah darat, Banjarejo dulu berupa sabana dan hutan terbuka, hutan tertutup rapat dan basah, serta lingkungan darat yang dekat dengan air. 

Menurutnya, tidak banyak situs-situs Plestosen yang mampu mengkonservasi peninggalan fosil relatif lengkap. Di Sangiran saja, relatif hanya temuan Hypopotamus (kuda sungai) yang pernah ditemukan utuh fosilnya. 

"Fakta ini sangat menarik bagi kajian kesejarahan purba. Mungkin nanti bisa menjawab misteri lingkungan di sisi utara cekungan Solo yang pernah jadi hunian besar Homo Erectus di masa Plestosen hingga kepunahannya," lanjut Wahyu.

"Selama ini kita hanya tahu, hominid hidup, berkembang, dan bertahan di sebelah selatan Zona Kendeng, di sepanjang cekungan dan alur Bengawan Solo. Banjarejo ini mungkin bisa memberi kejutan," kata Wahyu optimistis.

Satu lagi kerajaan baru kehidupan purba telah muncul di Grobogan. Kubah Sangiran adalah kemaharajaan manusia purba, dengan semua penemuan spektakulernya. Banjarejo kemungkinan besar akan menjadi kemaharajaan berikutnya. Siapa tahu? (Tribunjogja.com/xna) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini