Genge juga membandingkan dengan erupsi besar lain yang terjadi untuk menguji teorinya.
Tetap Bisa Bertahan Ia memeriksa catatan cuaca setelah letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Data menunjukkan suhu rata-rata lebih rendah dan curah hujan berkurang setelah letusan dimulai.
Sementara curah hujan global menurun selama letusan daripada periode sebelum atau sesudah letusan.
Genge juga menemukan laporan gangguan ionosfer setelah letusan Gunung Pinatubo pada tahun 1991 di Filipina.
Selain itu, awan dengan tipe khusus juga muncul lebih sering setelah letusan Krakatau. Awan noctilucent jarang ditemui dan bercahaya, terbentuk di ionosfer.
Hal ini memberikan bukti adanya peningkatan debu elektrostatik dari letusan gunung berapi besar.
"Vigo Hugo dalam novel Les Miserables pernah mengatakan jika langit dengan awan yang tak biasa cukup untuk membawa kiamat sebuah dunia. Dan kini kita sudah selangkah lebih dekat untuk memahami bagian Tambora melalui pertempuran yang terjadi dibelahan bumi lain," pungkas Genge.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kekalahan Napoleon Bonaparte Ternyata Disebabkan Letusan Tambora"