Kemiskinan memaksa Ponirah merantau keluar negeri agar bisa membantu perekonomian keluarga, terutama membiayai sekolah adik-adiknya.
"Ponirah anaknya eman (sayang), sama keluarga dan adik-adiknya.
Saat kerinduan itu memuncak, kedua orang tua itu justru menerima kabar menyesakkan. Suliyah, warga Desa Gumiwang yang menjadi tetangga Ponirah di Malaysia berhenti bekerja dan pulang ke Indonesia.
Ia mengabarkan kepada orang tua itu tentang keadaan Ponirah di Malaysia yang tengah nestapa. Ia minta segera dijemput orang tuanya untuk pulang ke Indonesia.
Ribut sampai tak nafsu makan memikirkan anaknya. Tukiman tak nyeyak tidur hingga kerap melamun.
Dua orang tua itu hanya saling lempar raut sendu. Mereka tak tahu harus berbuat bagaimana untuk menyelamatkan putrinya.
"Saya jadi tidak mau makan. Bingung. Punya duit saya tidak, mau menjemput ke Malaysia bagaimana,"katanya
Hingga sebuah potongan surat yang diduga ditulis Ponirah viral di media sosial. Di surat itu tertulis alamat rumah dan nama orang tuanya di desa Gumiwang, Purwanegara Banjarnegara.
Suprapti, Paralegal dari Banjarnegara membantu menjembatani masalah itu dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Untung saja alamat majikan Ponirah segera terlacak. Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor dan BNP2TKI akhirnya memanggil sang majikan dan Ponirah untuk diklarifikasi.
Harapan Ponirah untuk bisa berkumpul keluarga di tanah kelahiran akan segera terwujud.
Ponirah telah menandatangani surat pernyataan yang menyebut, ia akan tetap bekerja dengan majikannya sampai masa kontraknya habis, Desember 2018 mendatang.
"Dia tanda tangani surat pernyataan, nanti pulang setelah masa kontraknya habis Desember,"kata Suprapti
Koordinator Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P4TKI) Ervi Kusumasari mengaku belum menerima laporan tentang kasus Ponirah yang sempat hilang kontak dengan keluarga.