Ternyata setelah itu pukulan MP melayang ke wajahnya dua kali.
"Lalu saya ingin maju lagi, tetapi masyarakat memegang saya sampai saya terjatuh di tanah. Kemudian mama saya diarak-arak lagi sampai di lapangan bola samping rumah saya," kata Angelita yang yatim dan tinggal berdua dengan ibunya.
Setelah diarak-arak, warga pun memberikan dua pilihan kepada ibu dan anak itu; mereka angkat kaki dari wilayah itu atau jika tidak warga akan menghancurkan kedai tuak mereka.
Kenyataannya, kedai tuak semi permanen milik ibunya dibuat hancur porak-poranda.
Selain itu, menurut Angelita, warga juga mengambil paksa dua sepeda motor dari rumahnya dan menuduh bahwa motor itu juga adalah barang curian.
Angelita mengaku setelah kejadian itu, ia telah melapor ke Polrestabes Medan dan sudah ke rumah sakit untuk visum.
Angelita mengaku bahwa ia dan ibunya bukanlah orang yang sempurna, namun ia berharap mendapatkan keadilan.
"Hari ini saya sebagai warga indonesia menanyakan dimana kedilan itu.. saya hanya anak dari keluarga tidak mampu yg di aniaya.. kemana masyarakat indonesia yang cinta kedamaian.." katanya.
"lihat si pemilik mobil putih yg menganggarkan harta dan premanisme nya menganiaya seorang anak gadis yg hanya ingin membela seorg ibu nya .. bagaimana mereka yg memakan uang rakyat ??"
"lalu apa bedanya kami yg justru melakukan sebuah kekeliruan kecil yg di besar2kan kami, dan menambah fitnah."
"saya harap buat saudara2 smua yg melihat postingan saya , meluangkan waktu untuk menshare kisah seorang anak yg ingin menyelamatkan ibu nya," kata Angelita.
Tribun Medan masih mencoba menghubungi pihak-pihak terkait dalam kasus ini.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Anak Gadis Penjual Tuak Menangis: Mama Saya Diarak Warga dan Diikat di Pohon seperti Binatang
Penulis: Liston Damanik