Mereka berjalan layaknya kerbau yang sedang membajak sawah.
Mereka juga berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati.
Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.
Para petani yang menjadi "kerbau" lalu berkeliling desa mengikuti empat penjuru mata angin.
Saat berkeliling desa inilah, para "kerbau" itu melakukan ritual layaknya siklus bercocok tanam, mulai dari membajak sawah, mengairi, hingga menabur benih padi.
“Semuanya dikerjakan atas inisiatif warga desa dan mereka bahu membahu hingga seluruh acara berjalan dengan lancar. Semangat inilah yang harus di tiru oleh semua pihak,” tambah Anas.
Ritual ini diminati ratusan pengunjung dan wisatawan.
Tradisi kebo-keboan di Banyuwangi berkembang di dua desa.
Selain keboan di Desa Aliyan Rogojampi, tradisi keo-keboan juga ditemui di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh.