Sedangkan kisah perempuan simpanan berawal dari laporan satpam, yang melihat perempuan tersebut membawa pria di mobilnya.
Namun, pria tersebut berusaha sembunyi dengan cara merebahkan diri di tempat duduk belakang.
“Akhirnya kami berusaha selidiki, yang perempuan simpanan kan mengontrak di sini. Lalu memang benar ternyata hubungan tanpa pernikahan. Kami pun berusaha membicarakan baik-baik. Memang tidak boleh keluar masuk tanpa izin, apalagi sama laki-laki tanpa surat nikah,” terang Hendro.
Menurut Didik Edy Susilo (63), ketua RW V Kedung Asem Indah, keamanan merupakan kebutuhan warga, yang sama pokoknya dengan kebutuhan makan-minum.
Tiap ada masalah, warga bisa melapor ke pos satpam, kemudian satpam akan mengontak ketua RT.
Karena anggota RT otomatis menjadi anggota FKPM, FKPM bisa langsung mendatangi sumber permasalahan, lalu dibawa ke sekretariat.
Masing-masing RT memiliki anggota FKPM yang ditunjuk sebagai komandan.
“Surabaya bahaya sekali, banyak bandit. Makanya warga harus waspada. Inginnya ya kampung ini aman dan nyaman. Warga kalau meninggalkan rumah dan pergi bekerja tetap merasa aman,” harapnya.
Rekam jejak keberhasilan FKPM ini terdengar sampai Jepang.
Adalah Anzai Toshiya, anggota tim verifikator Kepolisian Jepang yang bertandang ke Kedung Asem Indah.
Didik mengatakan, pria tersebut terkesan dengan FKPM, karena sistem yang diberlakukan di Jepang hampir sama, yakni permasalahan lingkungan diselesaikan tanpa membawa pihak berwenang. (Delya Octovie)
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Cerita Warga Wisma Kedung Asem Indah Tangkap Basah Tetangga yang Jadi Simpanan Kapolres,