TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Di sela-sela kegiatan Global Health Security Agenda (GHSA) yang digelar di Nusa Dua Convention Center, Denpasar, Bali, Indonesia One Health University Network (INDOHUN) berinisiatif menggelar agenda bertajuk Global Health Young Leaders, Kamis lalu.
Global Health Young Leaders merupakan kegiatan berbagi pengetahuan dan pengalaman dari program-program INDOHUN seperti pelatihan kepemimpinan pada mahasiswa, pelatihan diplomasi dan negosiasi, dan pelatihan analisis sistem dan kebutuhan sumber daya manusia.
Dengan menginvestasikan sumber daya kepada generasi muda, INDOHUN yakin di masa depan mereka akan menjadi tombak utama dalam menyelesaikan masalah lebih efektif dan efisien dengan kolaborasi dan koordinasi lintas sektor.
Agenda yang digelar sekitar dua jam yang diikuti 60 peserta ini menghadirkan lima pembicara, masing-masing Drh. Syafrizon Idris, M.Si, Drg. Th. Baning, M.Kes, dr. Aghnia Jolanda Putri, dr. Rodri Tanoto, M. Sc, serta Amrina Rosyada, S.Ked.
Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan perspektif dari pelatihan Global Health True Leaders, Global Health Diplomacy, serta Manajemen Penyakit Infeksi dengan menggunakan pendekatan One Health.
Amrina Rosyada, mahasiswa tahun terakhir fakultas kedokteran di Universitas Airlangga, Surabaya memulai sesi pertama acara Global Health Young Leaders (GHYL). Dia adalah alumnus Global Health True Leaders (GHTL), salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh INDOHUN, yang mengundang anak muda ke lapangan dan memecahkan kasus nyata wabah penyakit setelah diberikan modul oleh para ahli internasional. GHTL pertama kali dimulai pada tahun 2014 dengan 50 peserta.
Saat ini sudah mencapai 575 peserta secara global. Kolaborasi adalah titik kunci yang diajarkan dalam kegiatan tersebut.
Selain alumni dari GHTL, program School of Global Health Diplomacy juga mengirimkan alumni mereka untuk berbagi pengalaman. Aghnia dan Rodri menyebutkan bahwa diplomasi merupakan aspek penting untuk mencapai kesehatan global karena globalisasi di dunia modern meningkatkan interkoneksi antar negara.
Dengan demikian, program GHD oleh INDOHUN melengkapi pemuda dengan paparan dalam latar belakang multi disiplin bersama ketrampilan negosiasi dan advokasi melalui 40 persen kegiatan kelas dan 60 persen simulasi.
Masalah kolaborasi sekali lagi juga ditekankan oleh dr. Theodola Baning, Kepala Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Kulonprogo, menekankan pengalamannya memimpin penyelidikan kasus wabah anthrax di Yogyakarta pada tahun 2017.
Menurutnya, yang perlu dipikirkan adalah memperkuat kapasitas petugas lokal untuk mendeteksi, mencegah, dan merespon secara kolaboratif.
Hal ini sejalan dengan salah satu misi Agenda Jaminan Kesehatan Global (GHSA) untuk berinvestasi dalam pengembangan tenaga kerja.
”Untuk kebutuhan ini, Pelatihan Manajemen Penyakit Infeksi datang sebagai solusi yang menggunakan pendekatan One Health dalam memfokuskan pada penyelidikan wabah," ujar Theodola Baning.
Ungkapan Theodola memang bukan alasan. Kenyataan yang dihadapi saat ini, tanpa ada peringatan, penyakit infeksi baru dapat berdampak kepada masyarakat global dan ekonomi dikarenakan penyakit yang tak terduga dan kematian. Ditambah lagi, penyebaran penyakit antara manusia dan hewan juga semakin meningkat.
Hal ini didukung dengan pernyataan dari Kementerian Koordinasi Pemberdayaan Manusia dan Kebudayaan yang menyatakan bahwa 70% penyakit infeksi berasal dari penyakit zoonosis.
Selain itu, dunia mulai menghadapi ancaman ketahanan kesehatan yang terdiri dari penyakit infeksi yang berpotensi menjadi pandemik seperti Ebola, Lassa, Zika, MERS-CoV, Pes, dan lainnya yang menjadi tamparan bahwa ada celah antara kemampuan manusia dalam mencegah dan menghadapi penyakit tersebut.
Melihat hal ini, dunia mengeluarkan kerangka kerja bernama Global Health Security Agenda yang telah diikuti lebih dari 60 negara dan organisasi internasional sebagai katalis untuk mencapai dunia yang aman dan nyaman dari ancaman global.
Indonesia menjadi tuan rumah dalam agenda rapat kementrian kelima GHSA, dimana acara ini juga menyediakan projek atau kemitraan yang berada di bawah payung GHSA untuk menunjukan usaha yang telah dilakukan.
Indonesia One Health University Network (INDOHUN), merupakan organisasi yang berada didalam projek Emerging Pandemic Threats-2, yang dimana INDOHUN memegang peran penting dalam meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan di Indonesia dalam menyiapkan ancaman global.