News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Warga Ketakutan, 10 Ekor Gajah Berkeliaran di Kantor Kecamatan Minas

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gajah di Riau

Oleh karena itu, pengamatan hanya bisa dilakukan dari kejauhan.

Alasan lainnya, tentunya tidak ada yang ingin proses kawin ini terganggu dan berkahir menjadi kegagalan.

Namun untuk peristiwa langka ini, Tribun memperoleh video eksklusif dari Hutomo yang menampilkan proses perkawinan dua ekor Gajah Sumatera Robin dan Ngatini.

Meski video amatir yang hanya bisa diambil dari kejauhan, namun menunjukan "kemesraan" kedua ekor gajah itu.

"Proses kawin ini sudah lebih dari yang tiga kali, tapi baru kali ini kami ambil gambarnya, karena tidak semua orang yang bisa mendekat," kata Hutomo menerangkan saat pengambilan video.

Tampak sekeliling lokasi TWA Buluhcina penuh dengan tanaman hijau, dua ekor Gajah Sumatera itu berada di di antara pepohonan.

Dari kejauhan, terdengar gagah suara dengusan Gajah Sumatera jantan saat mengawini pasangannya.

Sekali lagi, selain gajah dilarang mendekat selama proses itu.

Robin sebenarnya sudah berulang kali melakukan proses kawin, begitupun Ngatini.

Namun sayangnya selama beberapa kali proses kawin yang dilakukan tidak satupun yang menghasilkan generasi Gajah Sumatera.

Hutomo mengungkapkan bahwa faktor makanan sangat penting.

Alasan inilah yang membuat tim BKSDA sengaja membawa Robin dan Ngatini ke lokasi TWA Buluhcina.

"Lokasi TWA Buluhcina ini adalah habitat baru dengan sumber makanan yang segar, sehingga gajah sumatera lebih bergairah pada masa mustnya," katanya.

Hutomo juga menjelaskan secara fisik tidak ada yang salah antara dua ekor gajah sumatera tersebut, sehingga proses perkawinan selama ini tidak berhasil.

Lebih jauh Hutomo menjelaskan masa perkawinan pada gajah ini.

"Masa-masa saat ini, Robin sedang memasuki masa musth," terangnya.

Berdasarkan informasi yang dirangkum Tribun, masa musth adalah suatu keadaan yang muncul secara periodik pada gajah jantan ketika terjadi peningkatan hormon reproduktif secara signifikan.

Kadar testosteron gajah yang sedang mengalami musth dapat meningkat hingga 60 kali lebih besar daripada gajah normal.

Momen musth saat ini sangat memungkinkan bagi Robin untuk berulang-ulang kawin.

Bahkan dalam satu hari, seekor gajah jantan bisa kawin selama satu hingga dua jam.

Proses itu akan berlangsung empat bulan.

Sementara itu bagi gajah betina juga tidak selamanya ingin dikawini oleh gajah jantan.

"Selama gajah betina masih mau "dinaiki" maka, gajah jantan akan terus "naik"," ujar Hutomo menerangkan proses kawin yang berlangsung.

Selain itu satu ekor gajah jantan pada masa kawinnya bisa melakukan perkawinan dengan beberapa ekor gajah betina.

Oleh karena itu, selama proses kawin ini kedua gajah itu tidak selamanya dibiarkan berdua-duaan.

"Selesai kawin nanti, gajah betina akan dipanggil oleh mahootnya lagi untuk dipisahkan dari si jantan. Besoknya baru mereka disatukan lagi," kata Hutomo.

Perkiraannya Desember ini masa musth Robin akan berakhir.

Untuk memastikan proses kawin kedua ekor gajah itu berhasil, tim BKSDA juga sudah menyiapkan petugas dokter hewan untuk mengecek kondisi Ngatini.

"Kalau selama masa kawin ini berhasil, maka diperkirakan tahun depan sudah ada generasi Gajah Sumatera yang lahir," kata Hutomo.

Perlu diketahui juga bahwa masa gestasi Gajah Sumatera adalah 18 bulan.

Maka apabila berhasil setidaknya Ngatini akan melahirkan anak gajah pada tahun 2020 mendatang.

Namun jangan bahagia dulu mendengar informasi itu.

Faktanya saat ini, populasi Gajah Sumatera kian terancam.

Hutomo menjelaskan gajah jinak yang hidup di wilayah konservasi BKSDA Riau saat ini hanya 18 ekor yang terdiri dari empat ekor jantan dan delapan ekor gajah betina, selebihnya masih dalam periode usia remaja yang belum cukup umur untuk kawin.

Sebab secara biologi, umur gajah yang dikatakan layak kawin setidaknya sudah berusia 15 tahun.

Sementara dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, hanya ada satu gajah jinak yang lahir, yakni gajah Rimbani yang lahir pada tahun 2017 lalu di Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN).

Fakta lainnya, setelah melahirkan satu ekor gajah biasanya gajah betina membutuhkan waktu sekitar lima sampai enam tahun agar bisa kawin lagi.

Hal inilah yang membuat populasi gajah sulit berkembang.

Oleh karena itu, selama masa kawin ini Robin dan Ngatini akan terus dipantau.

Selain itu, ke depannya TWA Buluhcina akan menjadi habitat baru bagi Robin dan Ngatini.

Harapannya di lokasi inilah lahir generasi gajah-gajah Sumatera yang baru. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunpekanbaru.com dengan judul ANEH! 10 Ekor Gajah Liar di Riau Berkeliaran di Halaman Kantor Camat Minas, Warga Ketakutan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini