TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) merekomendasikan pembangunan sentra-sentra research and development (RnD) diberbagai daerah di Indonesia.
Pembangunannya bertujuan untuk menggali potensi masing-masing daerah yang berbeda satu sama lainnya.
Ketua KEIN, Soetrisno Bachir mengatakan setiap daerah itu punya keunggulannya sendiri.
"Tidak bisa disamaratakan. Dibutuhkan pembangunan lembaga RnD disetiap daerah,” ungkap Soetrisno Bachir, disela-sela Dialog Ekonomi Umat di Gelanggang Olahraga (GOR) Lamongan, Jumat (15/3/2019).
Kegiatan yang diselenggarakan KEIN ini dihadiri sekitar 3.000 peserta, yang mayoritas adalah generasi milenial yang duduk dibangku sekolah menengah dan perguruan tinggi.
Menurut Soetrisno Bachir, rekomendasi ini disodorkan kepada pemerintah karena ternyata generasi milenial adalah penemu ide dan inovasi kreatif berbagai produk barang (goods) dan jasa (services). Inisiatif penciptaan produk ini perlu diasah dengan sentuhan jiwa entrepreneurship sehingga akan melahirkan entrepreneur ulung pada bidangnya masing-masing.
"Kemampuan menciptakan ide dan inovasi kreatif akan sempurna bila sudah disentuh jiwa entrepreneurship untuk melahirkan entrepreneur,” jelas Soetrisno.
Soetrisno Bachir mengingatkan bahwa mengasah jiwa entrepreneur harus dimulai sejak bangku sekolah, terutama sekali pada tingkatan sekolah menengah.
Saat ini, jumlah pelajar yang masih duduk di bangku SMA/SMK/MA tahun ajaran 2017-2018 sebanyak 20,3 juta orang. Jumlah mahasiswa yang terdaftar tahun akademik 2016-2017 sebanyak 6,9 juta orang.
Karena itu, kebutuhan sentra-sentra RnD di berbagai daerah menjadi strategis. Sebab keberadaannya dapat menjadi mentor untuk lahirnya entrepreneur-entreprenur milenial di masa depan.
Soetrisno yang berlatar belakang entrepreneur menyarankan perlunya menumbuhkan semangat belajar entrepreneurship di tengah pelajar. Setidaknya seluruh pemangku kepentingan, yaitu orang tua, pelajar, pengurus sekolah, dan pemerintah untuk bersama-sama merumuskan dan mengimplementasikan kurikulum yang mampu membentuk jiwa entrepreneurship di kalangan pelajar sekolah menengah ini.
Dirinya optimis akan lahir entrepreneur diberbagai sektor ekonomi kreatif, seperti aplikasi dan game developer, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, fashion, animasi, fotografi, kriya, musik, penerbitan, seni, dan kuliner dari kalangan pelajar.
Keyakinannya berdasarkan hasil penelitian Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa generasi milenial yang masih duduk di SMA dan SMK sebagai penemu ide dan inovasi kreatif. Selain itu, penelitian lainnya membuktikan bahwa generasi ini menghabiskan sekitar tiga jam per hari untuk berselancar di internet sehingga memperkaya wawasan dan kemampuannya dalam berbisnis.
Dalam kesempatan ini ia memberikan tips-tips menjadi entrepreneur yang harus dimiliki generasi milenial, yaitu terus belajar hingga jenjang pendidikan berikutnya, mandiri, berani mengambil
risiko, serta membangun komunitas dan jaringan. Yang terpenting adalah jangan pantang menyerah.
Ia juga menjelaskan bahwa pemerintah sangat mendukung keinginan generasi milenial menjadi entrepreneur sebagai profesinya.
Pemerintah sudah membangun infrastruktur sehingga meningkatkan produktivitas dan mobilitas orang dan barang, serta kemudahan akses kredit dan pembiayaan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga (interest) hanya 7% per tahun, dari bunga perbankan nasional yang di atas dua digit.