Masa panen ini berlangsung hingga satu bulan. Standar negara tujuan ekspor pun berbeda-beda.
Untuk Tiongkok dan Arab standarnya satu kilogram terdiri dari 12 hingga 16 buah, sedangkan Taiwan 6 hingga tujuh buah.
“Saingan sejauh ini hanya Thailand. Malaysia sebenarnya ada, tapi ukurannya 14 buah per kilogram,” tandas Sujono.
Plt Bupati Trenggalek, Muchammad Nur Arifin mengatakan, selama ini manggis selalu berdampingan dengan durian.
Saat panen durian, maka di saat yang sama petani juga panen buah manggis. Namun selama ini peluang ekspor ini memang diambil oleh pelaku lain dari luar wilayah.
Karena itu ke depan Pemkab Trenggalek akan menghitung kapasitas produksi manggis dari petani lokal.
Jika memang kapasitasnya masih masih belum mencukupi untuk ekspor, bisa dilakukan konsolidasi dengan kabupaten lain.
“Kami belum menghitung, apakah kapasitas produksi satu kabupaten (Trenggalek) bisa untuk ekspor,” ujar Gus Ipin, panggilan akrabnya.
Diakui Gus Ipin, pelung manggis sangat terbuka. Sebab banyak permintaan kulitnya untuk produk kosmetik. Gus Ipin juga akan konsolidasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Sebab Pemprov Jatim mempunyai perwakilan kantor dagang di luar negeri. Kantor dagang ini bisa dimanfaatkan untuk membuka pasar luar negeri setiap potensi lokal yang punya nilai tambah, termasuk manggis.
“Kalau memang memungkinkan kita ekspor langsung, bisa dijajaki lewat perwakilan kantor dagang Pemrov Jatim di luar negeri,” pungkas Gus Ipin.
Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul Manggis Dari Watulimo Trenggalek Sudah Tembus Pasar Ekspor