TRIBUNNEWS.COM - Foto-foto mengenai keberadaan macan kumbang atau macan tutul jawa (Panthera pardus melas) di Pulau Nusakambangan, Jawa Tengah, kembali viral di media sosial.
Foto-foto tersebut diunggah Fanpage Explore Cilacap di Facebook pada Senin (6/5/2019) lalu.
Di foto pertama, seekor macan kumbang terlihat gemulai menuruni gundukan tanah.
Foto kedua, macan kumbang berlari di jalanan tanah yang lumayan lebar.
Diperkirakan satwa di dua foto tersebut merupakan binatang yang sama.
Apakah foto ini betul adanya atau keberadaan Macan Kumbang di Nusakambangan terlihat lagi?
Sesuai unggahan admin Explore Cilacap, foto-foto ini direpost dari akun Instagram @diary_kemenkumham.
Dilihat Tribunjateng.com, foto-foto ini diunggah akun Instagram tersebut pada 4 November 2017 atau dua tahun silam.
Juga merupakan repost dari sebuah akun yang sekarang sudah tidak ada di Instagram.
Hingga saat ini, postingan tersebut mendapat 650 likes.
Sedangkan foto yang diunggah ulang di Facebook telah dibagikan 173 kali.
"Pulau Nusakambangan yang berada dibawah naungan Kementerian Hukum Dan HAM yg bisa dibilang Alcatraznya Indonesia
PULAU NUSAKAMBANGAN MASIH "DIJAGA" OLEH MACAN TUTUL/KUMBANG JAWA
Munculnya hewan liar macan kumbang jawa (Panthera Pardus Melas) yg masih tersisa turun gunung karena habitat mereka terganggu dan makin rusak lingkungan tinggal mereka. Hewan ini sudah langka ditemukan sebab hilangnya habitat hutan, penangkapan liar serta daerah ditemukan hewan ini sangat terbatas. "Satwa ini dilindungi dalam UU NO 5 Tahun 1990 dan PP NO 7 Tahun 1999 @ Pulau Nusakambngan #saveleopards #savewildanimal #macankumbangjawa #Nusakambangan #macanlodaya"
Demikian kepsen unggahan tersebut di Instagram.
Perlu diketahui, populasi macan kumbang atau macan tutul jawa di Nusakambangan memang masih ada.
Dari data Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng pada tahun lalu, ada sedikitnya 18 ekor macan tutul yang telah terdeteksi petugas melalui kamera pengintai menghuni hutan Nusakambangan.
Jumlah pasti dimungkinkan lebih banyak karena kamera pengintai hanya dipasang di beberapa tempat.
Sebanyak 12 di antaranya berjenis macan tutul (Panthera pardus).
Enam lainnya merupakan macan kumbang atau tutul jawa (Panthera pardus melas) sebagaimana yang terekam dalam foto unggahan di media sosial itu.
Pada 19 Februari 2018 kepada Tribunjateng.com, Koordinator Polisi Hutan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah wilayah Konservasi II, Rahmat Hidayat mengatakan, satwa buas itu terdeteksi terakhir Oktober 2017 melalui kamera pengintai yang dipasang sejumlah titik di Pulau Nusakambangan.
"Kamera pengintai tidak dipasang menyeluruh di Pulau Nusakambangan, hanya di sejumlah lokasi," jelas Rahmat, saat itu.
Bisa jadi dua foto yang sekarang viral itu merupakan hasil rekaman kamera pengintai.
Keberadaan macan-macan di hutan Nusakambangan ini ini turut mengerdilkan niat para napi di Lapas Nusambangan untuk melarikan diri.
Mereka bukan hanya akan berhadapan dengan petugas bersenjata lengkap jika hendak meloloskan diri.
Ganasnya hutan Nusakambangan yang dijaga banyak macan tutul dan satwa buas lain sudah menanti.
Jika ingin lolos dari pulau penjara, mau tak mau, para napi harus mampu menaklukkan hutan Nusakambangan sebelum mengarungi laut lepas untuk keluar pulau.
Penjahat kelas kakap sekalipun dijamin akan takut dimangsa satwa buas di hutan.
Tak heran, dari sekian banyak napi yang mencoba lolos, nyaris tidak ada yang berhasil menembus pulau ini.
Sebagian hanya sembunyi dengan berkutat di sekitar lingkungan Lapas sebelum akhirnya tertangkap petugas.
Alam Nusakambangan memang masih mendukung keberlangsungan hidup macan tutul karena ekosistemnya masih terjaga.
Binatang bias itu bisa bertahan hidup dan berkembang biak mengandalkan makanan alami yang masih melimpah di hutan ini semisal babi hutan dan kera.
Sayang, keberadaan satwa buas itu kini sedikit terusik.
Rahmat mengatakan, populasi macan tutul di alam Nusakambangan terancam karena aktivitas perburuan liar terhadap satwa pakannya sesuai rantai makanan.
Satwa pakan macan yang banyak diburu oleh pemburu liar ini di antaranya babi hutan, kancil, biawak, monyet, dan lutung.
Perburuan yang berdampak menyusutnya populasi satwa tersebut mengakibatkan sistem rantai makanan terganggu.
Macan tutul terancam punah jika pakan alaminya itu terus berkurang karena diburu.
"Perburuan liar terhadap satwa pakan macan tutul bisa mengancam populasi macan tutul,"katanya
Selain aktivitas perburuan liar, kata Rahmat, kerusakan koridor hidupan liar di hutan Nusakambangan terjadi karena aktivitas penebangan liar.
Keberadaan aktivitas penambangan batu kapur disebutnya berpengaruh, namun telah dilakukan langkah antisipasi melalui kegiatan revegetasi.
Jika kerusakan itu terus berlanjut, bukan hanya macan tutul dan macan kumbang yang terancam.
Potensi keanekaragaman hayati atau biodiversitas baik flora dan fauna akan punah.
"Langkah yang sudah dilakukan oleh BKSDA selama ini adalah memberikan koordinasi teknis sehingga kerusakan koridor hidupan liar dapat diminimalkan," katanya. (aim)