Dari hasil konseling dan tes kesehatan ini, pasien akan diarahkan untuk melakukan perawatan dan apa saja yang harus dilakukan seandainya positif HIV atau negatif dengan segala konsekuensinya.
Erva mengimbau masyarakat untuk menjauhi pola hidup yang menyimpang, namun bukan menjauhi penderita HIV/AIDS. Penyakit ini menular melalui hubungan seksual, maupun pertukaran cairan tubuh lainnya.
Jumlah penderita HIV/AIDS di Kabupaten Berau setiap tahun semakin mengkhawatirkan.
Baca: Respon Susi Pudjiastuti Ditanya Kesiapannya Jika Dipilih Lagi Jadi Menteri Jokowi
Data Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau, sepanjang tahun 2017 hingga 2019, dan 71 orang yang dinyatakan positif teriveksi penyakit mematikan ini.
Selain HIV/AIDS, BPS juga mencatat ada 215 orang yang mengidap penyakit kelamin.
Di tempat terpisah, Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di Kota Balikpapan ditiadakan, kini Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan juga harus fokus pada kasus HIV/AIDS di kota minyak tersebut.
Hal itu diungkapkan Kepala DKK Balikpapan, dr. Andi Sri Juliarti kepada Tribunkaltim.co, Rabu (26/6/2019).
Dikatakan Sri, ia telah menggerakkan dan melakukan penguatan ke seluruh puskesmas yang ada di Kota Balikpapan, untuk melakukan kegiatan mulai mencegah, mendeteksi dini dan menangani serta merujuk jika ditemukan kasus HIV/AIDS di Balikpapan.
"Jadi saya kira memang bukan hanya di Balikpapan, tapi di seluruh Indonesia. Karena ini isu global," ujarnya.
Ia menjelaskan, kasus HIV/AIDS ini merupakan kasus yang bisa dikatakan abu-abu atau sifatnya terselubung, sehingga pihaknya juga harus pintar-pintar untuk mencari pengidap yang terdeteksi terkena HIV/AIDS.
"Kalau data pastinya saya belum cek, tapi Balikpapan kasus HIV/AIDS tidak terlalu banyak," ungkapnya.
Dia menambahkan, pengidap HIV/AIDS di Kota Balikpapan dinilainya tidak terlalu banyak, karena sebagian besar warga yang ada di kota minyak ini hanya tinggal sementara.
"Ada yang datang dan ada yang pergi. Jadi tidak menetap," ujarnya.
Sementara itu, sebanyak 200 remaja putri perwakilan sekolah-sekolah SMA/SMK di Kota Balikpapan mengikuti sosialisasi kesehatan reproduksi remaja, dalam rangka tujuan jangka panjang yaitu menurunkan kasus kematian ibu dan kasus stunting akibat anemia pada remaja.