News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Blak-blakan Kalapas Perempuan Bandung Urusi Narapidana Cenderung Lesbian

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi lesbian

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG-Kepala Lapas Perempuan Bandung, Rafni Trikoriaty Irianta punya pengalaman mengurusi bahkan menegur narapidana perempuan yang memiliki kecenderungan homoseksual atau lesbian.

Seringkali ia melihat dua narapidana perempuan berduaan namun dari perbuatannya tampak ganjil.

"Sering kami tegur lah. Kamu kira kalau ditegur mereka enggak marah, seringkali marah, mereka bilangnya, enggak bu, kami cuma dekat saja, sebatas curhat, cocok. Saya dibilang ibu jangan suudzon, jadi kami yang disalahin," ujar Rafni saat dihubungi via ponselnya, Rabu (10/7/2019).

‎Contohnya, pada banyak kesempatan acara bersama, tidak jarang ia melihat dua narapidana perempuan memisahkan diri dan hanya berdua.

Baca: Gak Perlu Beli Tiket untuk Saksikan Kembalinya Raisa, di Kereta Juga Bisa Nonton Aksi Panggungnya

Baca: Prediksi Susunan Pemain Persija vs Persib di Liga 1 2019, Adu Tajam Marko Simic-Eze Sore Ini

Baca: Jadi Saksi Kasus Video Ikan Asin, Barbie Kumalasari Datang ke Kantor Polisi

Baca: Fraksi Gerindra Minta Kurs Rupiah Rp 6.500, Masuk Akal?

"Iya dong sering, misalnya kalau lagi nonton voli bareng-bareng atau ada sirahaman rohani, ada yang berdua aja, kan kelihatan gaya-gaya gitu," ujar dia.

Fenomena homoseksualitas memang perlu dibuktikan secara ilmiah. Lewat pemeriksaan psikologi misalnya. Yang bisa dilakukan secara kasat mata hanya berupa pengamatan saja.

"Kecenderungan jadi begitu (homoseksual) pasti ada. Cuma kami enggak bisa data, mereka marah-marah," ujar Rafni.

Fenomena kehidupan sehari-hari di Lapas Perempuan terkait homoseks ini bisa ia cermati dari perubahan prilaku.

"Misalnya nih, ada perempuan yang tadinya rambut panjang, jadi pendek gaya-gaya cowok, istilahnya kami sebut cowo jadi-jadian, saya sering marahnya begini, saya data kan mereka, hey kamu masih datang bulan enggak, kalau masih, elu gaya-gaya kaya cowok saja, saya bilang begiti ke mereka," ujar Rafni.

Jawabnya, kata Rafni, malah ia dimarahi oleh mereka yang punya kecenderungan homoseksual. "Dikiranya saya suudzon lah, curigaan lah begitu-begitu," ujar Rafni.

‎Pengalaman lain ia ceritakan soal prilaku yang cenderung homoseks. Ia tidak bisa menyebutkan berapa pasangan yang punya kecenderungan lesbian tersebut.

"Kalau pasangan, berapa, enggak kelihatan. Tapi kelihatannya kalau mereka berantem karena cemburu sama temannya, tapi suka enggak lama. Dan mereka ini hubungannya enggak permanen," ujar Rafni.

‎Rafni tidak tinggal diam melihat kecenderungan prilaku menyimpang itu. Buru-buru ia pisahkan salah satu pasangan yang punya kecenderungan menyimpang itu.

‎"Langsung kami pisahkan lah, enggak tinggal sekamar. Harus beda kamar, dipisah bloknya. Paling tidak minimal satu blok tapi beda kamar. Lalu kami programkan mereka supaya sibuk, ngurus kebun, taman, olahraga, bersih-bersih, apapun lah yang penting dia cape dan dia lupa sama prilaku menyimpangnya," ujar Rafni.

Yang jelas kata dia, pihaknya tidak pernah mentolerir perbuatan-perbuatan seperti itu. "Khawatir jadi penyakit, lagian kan yang begituan dilarang," ujar Rafni.

Kepala Kanwil Kemenkum HAM Jabar ‎Liberti Sitinjak mengungkap fenomena homoseksualitas di kalangan narapidana sebagai imbas dari membludaknya penghuni lapas melebihi kapasitas. Iamenjelaskan lapas dan rutan di Jabar dihuni 23,681 orang namun kapasitasnya justru 15,658 orang.

"Lapas dan rutan sudah over crowded. Ibarat kata, di kamar narapidana, kaki ketemu kaki, kepala ketemu kepala badan ketemu badan. ‎Dampaknya munculnya homoseksualitas (gay) dan lesbi," ujar Liberti di Arcamanik, Kota Bandung Senin (8/7).

Pernyataannya itu ia sampaikan ‎dihadapan 2.040 petugas lapas dan imigrasi. Hadir Pangdam III Siliwangi Mayjen Tri Soewandono, Wakapolda Jabar Brigjen Ahmad Wiagus dan Kepala BNNP Jabar, Brigjen Sufyan Sarif. Ketiga jenderal itu memberikan pembekalan pada ribuan petugas lapas.

Kata dia, dampak over kapasitas penjara bukan hanya kondisi homoseksualitas di kalangan narapidana. Namun juga berdampak pada kesehatan petugas lapas. Bahkan perkelahian antar sesama narapidana maupun dengan petugas.

‎"Pengamatan saya, homoseksual ini jadi menular dan ini kerja besar kami bagaimana mengatasi dampak-dampak dari over kapasitas ini. Bukan berdampak pada napi saja, tapi juga pada kesehatan petugas. Dengan kondisi seperti itu, pembinaan juga tidak efektif," ujar Liberti.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini