Yani meyakini orang yang terkena ludah pocong, akan mendapat penyakit gatal semacam kadas dan tidak ada obatnya.
Setelah kejadian tersebut, suaminya tak nafsu makan dan sempat mengalami sakit selama dua hari.
"Itu merupakan penampakan pertama kali yang pernah dialami suami saya. Kalau saya saat sekolah dasar pernah melihat penampakan anak kecil di sekolah dasar dekat jembatan tersebut," jelasnya.
Pengakuan sang fotografer
Tarbis Wibowo, fotografer street view, rekanan Google, yang tak sengaja memotret dan merekam penampakan pocong mata merah memberikan kesaksian.
Foto yang muncul di Google Maps diakuinya berlokasi di Dukuh Kali Bener, Desa Kedungwaru Kidul, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Demak.
Tarbis Wibowo mengakui foto hasil jepretannya yang menangkap pocong diambil pada Desember 2017 lalu.
Foto tersebut diambil menggunakan kamera 360.
"Itu merupakan hasil jepretan dari foto 360 yang memiliki fitur bisa menangkap objek dalam kegelapan, atau long exposure yang shutter speednya diperlambat," jelas Tarbis Wibowo.
Ia memiliki nickname ARTBIZ360.
Fotografer street view partner Google tersebut mengaku, hasil jepretan tersebut merupakan foto persyaratan yang ia kumpulkan sebelum diakui Google.
Dari 50 foto yang harus dikumpulkan ke Google, foto pocong yang masuk frame salah satunya.
Tarbis Wibowo kemudian mengunggah kembali foto tersebut dalam Instagramnya, lantaran mendapati viral dalam dua pekan terakhir.
Ia menyertakan tujuh foto di Instagram dengan akun @artbiz360.
"Sekira dua minggu terakhir foto tersebut sudah mulai menyebar di group WA dukuh sini. Namun puncaknya pada weekend ini," jelas pria 30 tahun.
Tarbis Wibowo mengaku sudah mendapat bedge trusted dari Google sekira satu tahun lebih itu.
Terkait penampakan yang terdapat di dalam jepretannya tersebut, ia mengaku tidak tahu.
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul: Ini Tanggapan Sugiarto, Kepala Dukuh Kalibener Kedungwaru Demak Terkait Foto Pocong di Google Maps