Seorang pria penjual sayur menghadiahkan istrinya berangkat haji bersama. Ia mengumpulkan uang 23 juta Rupiah selama 30 tahun di bawah kasur.
TRIBUNNEWS.COM - Sebuah kisah inspiratif datang dari bumi Serambi Mekah, Aceh.
Seorang pria bernama Hanafiah Putih Hasyim (98) memberi hadiah istrinya berupa kesempatan berangkat haji bersama.
Kejutan dari Hanafiah tersebut didapat dari hasil jerih payahnya berjualan sayur selama 30 tahun.
Selama 30 tahun itu, ia menabung uang hasil kerjanya di bawah kasur setiap hari.
Baca: Asrofi Jemaah Haji Asal Tuban Meninggal Sebelum Bertolak ke Tanah Suci
Baca: Sapa Jemaah Haji di Makkah, Menag Lukman Ingatkan Beribadah Ukur Kemampuan Fisik, Tak Lupa Istirahat
Baca: Amirul Hajj Langsung Pantau Kedatangan Jemaah Haji Indonesia di Jeddah
Hanafiah berharap, uang yang terkumpul nantinya akan dipakai untuk berangkat haji bersama istri.
Dilansir Serambi News, awalnya Hanafiah dan sang istri, Asma Abdullah Syafari (67), sama-sama memiliki keinginan untuk berangkat haji.
Namun, keduanya memendam cita-cita tersebut tanpa seorang pun tahu.
Hingga suatu hari di bulan Ramadan, Hanafiah berkata kepada Asma bahwa dirinya mempunyai tabungan sebesar 23 juta Rupiah.
Hanafiah ingin menggunakan uang tersebut untuk naik haji bersama istrinya.
Mendengar hal itu, Asma kaget bukan main.
Dia tak menyangka suaminya akan memiliki uang sebanyak itu.
"Teukeujot lon wate geupegah banlheuh geuhitong na peng 23 juta. Lon tanyong pakon hana neupeugah bak lon, meunye meninggai hana soe yang teupeu. (Terkejut saya ketika disampaikan setelah dihitung ada uang 23 juta rupiah. Saya tanya kenapa tidak bilang ke saya, kalau meninggal tidak ada yang tahu)," ungkap Asma.
Asma semakin kaget saat mengetahui Hanafiah menyimpan uang puluhan juta tersebut di bawah kasur.
Ibu 10 anak tersebut mengetahui fakta itu saat sang suami menukarkan uang pecahan yang dimilikinya ke bank.
Ketika ditanya, Hanafiah mengatakan uang tersebut merupakan uang hasil jualan sayur di pasar.
Setiap hari setelah Subuh, Hanafiah mengayuh sepeda dari rumah ke jalan utama.
Ia kemudian naik minibus menuju Pasa Inpres Lhokseumawe untuk berbelanja bahan dagangan.
Dagangan Hanafiah berupa sayur, ikan asin, dan lain-lain.
Ia kemudian menjualnya di Pasar Nibong.
Jika dikira-kira, Hanafiah menyimpan uang Rp 2.000,00 perhari.
"Menye lon peugah, mungken geukubah dua ribe-dua ribe siuroe. Karna lon hana tudum padum na peng bak geumukat nyan, hana pernah geupeugah. (Kalau saya katakan mungkin dalam sehari disimpan 2.000 rupiah. Karena saya tidak tahu berapa penghasilan dari jualan itu, tidak pernah dibicarakan)," kata Asma.
Namun, uang 23 juta Rupiah tentu saja tidak cukup untuk berangkat haji berdua.
Untungnya, anak Hanafiah dan Asma memberikan sebagian uangnya untuk menggenapi uang kedua orang tua demi bisa berangkat haji.
Suami-istri asal Sumbok Rayeuk, Kecamatan Nibong, Aceh Utara ini kemudian terdaftar sebagai calon jamaah haji pada tahun 2015.
Namun, karena faktor usia lanjut, keduanya menjadi jemaah haji pada tahun ini.
"Watee dipeugah le aneuk ka dihoi untuk jak haji, gobnyan senang that. Watee katroh bak asrama geutanyeng bak lon paken hana di ba laju u Arab. (Sewaktu disampaikan oleh anak kalau sudah ada panggilan ke Tanah Suci, beliau senang sekali. Ketika sampai di Asrama, beliau tanyakan ke saya kenapa tidak langsung dibawa ke Arab)," tutur Asma tersenyum bahagia.
Selanjutnya setelah menerima beberapa dokumen yang dibagikan oleh panitia haji, Asma dan Serambinews yang ditemani seorang petugas haji lainnya menjumpai Hanafiah di penginapan khusus JCH laki-laki yang masih di lingkungan Asrama Haji.
Ia tampak dalam kondisi sehat.
Meskipun langkah kakinya pelan, Hanafiah mampu berjalan sendiri tanpa menggunakan alat bantu.
Hanya saja, pendengarannya sudah kurang jelas menangkap suara.
" Hana lon peugah, keupeu lon peugah memang ka niet jak haji. (Tidak saya sampaikan ke istri, karena untuk apa saya bilang memang niatnya mau pergi haji)," kata Hanafiah ketika Serambinews bertanya kenapa tidak pernah menyampaikan kepada istrinya jika selama ini ia menabung untuk bisa ke Tanah Suci.
Ketika ditanya lebih lanjut, uang yang ditabung tiap hari apakah pecahan Rp 2.000, Rp 5.000, dan Rp 10.000, Hanafiah hanya mengangguk pelan.
Keduanya bersama 391 Jamaah Calon Haji (JCH) lain dalam kelompok terbang (kloter) 6 embarkasi Banda Aceh ini, sudah bertolak ke Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah.
Mereka meninggalkan Tanah Air melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar, Minggu (28/7/2019) sekitar pukul 22.35 WIB.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Serambi News/Mawaddatul Husna)