"Kalau seandainya tak ada uang atau pemberian warga, terpaksa tak makan seharian. Cuma minum saja. Kemarin saya diberikan bantuan uang dari sebuah komunitas. Tapi bantuannya habis untuk biaya keperluan tiap harinya," ungkap Sarjana.
Kepala Dusun Abang Kaler, I Ketut Madiasta menjelaskan, Komang Sarjana sempat tinggal di rumah tetangganya, Ni Wayan Rinci.
Selain itu, namanya juga masih numpang di kartu keluarga (KK) milik Ni Wayan Rinci sementara.
Namun Sarjana kemudian pindah dan memilih membangun gubuk karena tak enak hati.
"Kasihan Komang Sarjana. Nasibnya tak sebaik sarjana lain. Ayahnya Sarjana sudah tiada, sedangkan ibunya masih dan tinggal bersama keluarganya di Desa Datah," ungkap I Ketut Madiasta.
Dikatakan, lahan yang dipergunakan membangun gubuk itu milik warga sekitar alias pinjam.
"Kita akan komunikasi dengan pemilik tanah kalau seandainya ada bantuan bedah rumah. Setidaknya bisa meminjam tanah untuk tempat sementara," imbuh Ketut Mudiasta.
Saat ini Sarjana hanya memelihara satu ekor sapi milik orang lain. Aktivitas kesehariannya hanya cari rumput.
Perbekel Desa Abang, I Nyoman Sutirtayana mengutarakan hal sama.
Kondisi gubuk yang ditempati Sarjana disebut memprihatinkan dan jauh dari kata layak.
Pihaknya belum bisa mengusulkan bantuan bedah rumah atau bantuan lainnya karena namanya masih numpang di KK tetangga, Ni Wayan Rinci.
"Ni Wayan Rinci ini kan termasuk KK miskin dan penerima bantuan raskin. Kalau seandainya berbicara aturan, dalam satu KK tak boleh ada dua penerima bantuan. Jika Sarjana ingin mendapat bantuan harus keluar dari KK Ni Wayan Rinci," jelas Nyoman Sutirtayana, siang kemarin.
Ia pun berencana akan membuatkan KK baru untuk Komang Sarjana, sehingga mendapat bantuan.
"Kita akan fasilitasi agar dapat bantuan dari pemerintah daerah. Seperti program bedah rumah, dan keluarga harapan. Sekarang yang dapat bantuan cuma Dadong Rinci," akuinya.