Aceng: Iya, saya digiring dengan orang-orang yang terjaring razia. Saya sempat minta untuk pakai mobil sendiri, tapi tidak diperbolehkan.
Istri saya saja asalnya mau pakai baju tidur ke kantor. Tapi saya minta jangan samakan dengan yang lain.
Tribun: Alasan dibawa ke Kantor Satpol?
Aceng: Tidak tahu apa alasan mereka. Sampai sekarang saya belum mendengar alasan saya bisa terjaring. Padahal sudah jelas saya sama istri.
Seharusnya mereka bisa mendengar dulu penjelasan saya waktu di hotel. Bisa dicek saya dengan istri sah. Bukan main bawa ke kantor saja.
Tribun: Apakah Anda dan istri mengalami trauma?
Aceng: Jelas dia sangat syok setelah kejadian itu. Bahkan minta ke saya untuk antar ke Komnas Perempuan karena merasa tercemari dianggap sebagai wanita apa.
Efek ini semua yang alami beban psikologi bukan hanya saya. Istri, ibu, saudara, malah anak saya itu enggak tahu ada atau tidak setelah kejadian itu.
Tribun: Sudah ada permintaan maaf dari SatpolĀ PP setelah kejadian itu?
Aceng: Tak ada yang minta maaf, dianggapnya sudah on the track, sudah sesuai aturan semuanya. Saya bilang ke mereka, saya mendukung operasi yustisi ini tapi jangan salah sasaran. Tindakan seperti ini tak bisa diterima akal sehat dan nurani.
Tribun: Apakah akan mengambil langkah hukum?
Aceng: Sekjen DPD besok (hari ini) akan layangkan surat untuk permohonan pemulihan nama baik dan kembalikan harkat martabat karena saya tak terbukti melanggar aturan.
Saya malam ini ke Bandung akan tentukan langkah-langkah baik hukum atau langkah-langkah lain yang bisa memperbaiki nama baik.
Apa pun alasannya pemberitaan dari mana pun terlepas membaca utuh atau parsial itu sangat merugikan saya.
Mungkin bisa jadi saya datang ke Komnas HAM, Dewan Pers, atau lembaga-lembaga yang sekiranya pas menangani persoalan ini.
Tribun: Tuntutannya selain pemulihan nama baik?
Aceng: Saya hanya ingin nama saya dan istri kembali baik lagi. Permintaan maaf tentu sudah jelas.