TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penemuan empat tengkorak manusia di kebun milik warga bernama Misem di Grumbul Karanggandul, Desa Pasinggangan, Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (24/8/2019) petang, akhirnya terungkap.
Keempat kerangka manusia yang merupakan satu keluarga tersebut merupakan korban pembunuhan.
Pemicunya harta warisan.
Empat kerangka yang dikubur di belakang rumah Misem tersebut merupakan jasad tiga anak Misem dan seorang cucunya.
Ketiga anak Misem tersebut masing-masing bernama Supratno atau Ratno (56), Sugiyono atau Yono (51), dan Hari Setiawan atau Heri (46), serta cucu Misem, Fifin Dwi Loveana atau Pipin (27).
Baca: Kakorlantas: Ganti ke Smart SIM Bisa Dilakukan Saat Perpanjangan
Baca: Menteri Sofyan Djalil Bantah Keluarga Luhut dan Prabowo Kuasai Lahan Calon Ibu Kota Baru
Pelaku utama pembunuhan tersebut tidak lain Saminah atau Minah (53), anak kedua Misem.
Minah melakukan pembunuhan tersebut bersama-sama tiga anaknya, Sania Roulita (34), Irvan Firmansyah (31), dan Achmad Saputra (27).
Minah membunuh kakak dan adik sekaligus keponakannya dimana korban adalah paman dan sepupu anak-anaknya.
Kronologi kejadian
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun mengatakan keempat pelaku mengetahui sekaligus merencanakan rangkaian pembunuhan terhadap para korban.
Kejadian sadis ini terjadi 9 Oktober 2014 silam, pada siang hari.
Kronologi bermula ketika Saminah membawa lebih dulu ibunya, Misem ke rumahnya yang bersebelahan.
Tujuannya agar rumah Misem dalam kondisi kosong.
Misem dibawa seolah-olah dirawat karena sedang tidak sehat.
Kemudian dua anak Saminah, Irvan dan Putra, masuk ke dalam rumah Misem.
Mereka pertama-tama menghabisi Sugiyono.
"Sugiyono saat itu sedang mandi. Saat keluar, langsung dipukul menggunakan besi oleh tersangka Irvan. Masih ditambah lagi pukulan oleh tersangka Putra menggunakan tabung gas 3 kg," ujar AKBP Bambang Yudhantara kepada Tribunjateng.com, Selasa (27/8/2019).
Baca: Dendam Dibully 50 Tahun Lalu, Kakek Tembak Mati Teman Sekolahnya Saat Reuni, Lalu Santai Merokok
Baca: Mengaku Rindu Keluarga, Napi Lapas Metro Kabur
Baca: Ibu Kota Pindah ke Kaltim, Prabowo Hanya Punya Lahan di Berau
Berdasarkan keterangan tersangka dan pemeriksaan forensik, ditemukan kecocokan karena luka ditemukan di bagian belakang kepala Yono.
Setelah dihabisi, mayat Yono dibawa ke salah satu kamar.
Irvan dan Putra pun duduk di ruang tengah menunggu kedatangan Ratno.
Ratno datang ke rumah sepulang dari tempat kerja sebagai PNS petugas Perpustakaan SMPN 4 Purwokerto.
"Begitu masuk ruang tengah, korban Ratno langsung dibunuh dengan cara yang sama. Dipukul menggunakan besi dan tabung gas. Setelah itu mayatnya dimasukkan ke kamar, ditumpuk bersama mayat Sugiyono," imbuh Kapolres.
Selang beberapa waktu kemudian, datang korban ketiga yaitu Heri yang merupakan putra bungsu Misem.
Dia juga dihabisi dengan cara yang sama.
Polisi menemukan luka pada bagian belakang dan samping kepala.
Target utama tersangka sebenarnya tiga korban itu saja sehingga jasad mereka ditumpuk dalam satu kamar.
Dua tersangka itu panik saat mengetahui sepupu mereka yaitu Fifin atau Pipin, putri Ratno tiba di rumah.
Mereka sudah mencoba mengirim pesan melalui handphone Supratno agar Pipin jangan pulang ke rumah dulu.
Namun pesan tersebut tidak dibaca Pipin.
Dia sudah terlanjur sampai di rumah.
"Karena takut ketahuan, Pipin pun dihabisi Irvan dan Putra," tandas AKBP Bambang Yudhantara.
Mayat-mayat tersebut kemudian dibawa ke belakang rumah Misem untuk dikuburkan.
Selama lima tahun, para tersangka bersikap seolah-olah keluarga mereka yang hilang itu pergi merantau.
Sering cekcok
Selama beberapa tahun terakhir, antara tersangka dan ketiga korban (Supratno, Yono dan Heri) sering mengalami cekcok.
Cekcok tersebut selalu melibatkan Saminah dan ketiga korban tersebut.
Cekcok dipicu penggunaan harta yang merupakan harta milik orangtua mereka yaitu Misem yang akan menjadi waris mereka.
"Mereka itu menempati tanah atau lahan sejumlah 22 ubin atau 298 meter persegi yang nantinya akan menjadi warisan dari Misem," ujar Kapolres Banyumas, AKBP Bambang Yudhantara Salamun kepada Tribunjateng.com, Selasa (27/8/2019).
Namun di tanah itu sudah dibangun rumah milik Saminah.
"Jadi Saminah sudah dibangunkan rumah oleh suaminya di lahan tersebut," katanya.
Pihak bank sudah melakukan foto-foto dan mendokumentasikan rumah seakan-akan lahan tersebut telah diagunkan.
Baca: Presiden Jokowi dan Sultan Abdullah Saling Mendoakan di Jamuan Makan Siang
Baca: Titik Arumsari Jadi Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Pengemudi Truk yang Menabrak Pilih Kabur
"Hal inilah yang menimbulkan kemarahan dan memicu pertengkaran diantara mereka," ucap Kapolres.
Anak-anak Saminah, yaitu Irvan dan Putra selalu menyaksikan ibunya cekcok dengan ketiga korban.
Saminah dianggap selalu dikeroyok oleh ketiga korban sehingga ketika anak-anak Saminah sudah beranjak dewasa, mereka juga ikut terlibat dalam percekcokan tersebut.
"Mereka merasa ingin melindungi ibunya sehingga sering terjadi percekcokan antara para tersangka dengan Saminah dan anak-anaknya juga," tambah Kapolres.
Suatu ketika para tersangka (Irvan dan putra) menganggap hidup mereka sudah terancam sehingga mereka mengambil langkah untuk membunuh para korban.
Mereka jelas melakukan aksi pembunuhan berencana.
Sebab seminggu sebelum pembunuhan sempat terjadi pertengkaran hebat antara tersangka Irvan dan korban Sugiyono.
"Teriakan-teriakan keras sempat terjadi. Para (tersangka) merasa mendapat ancaman pembunuhan dari korban (Sugiyono)," tambah Kapolres.
Barulah setelah itu sempat ada diskusi antara tersangka Irvan untuk meminta izin kepada Saminah untuk membunuh para korban tersebut.
"Niat itu disampaikan Irvan dan Putra kepada Saminah. Mereka menganggap jika tidak membunuh para korban, maka merekalah yang akan dibunuh. Itulah alibi atau alasan mereka," ujar Kapolres.
Semula Saminah melarang, akan tetapi karena anak-anaknya selalu meminta untuk membunuh para korban akhirnya diberikanlah ijinnya untuk membunuh.
"Bahasa yang digunakan Saminah kepada anak-anaknya adalah 'Terserah' silakan. Hal inilah yang pada akhirnya terjadi pembunuhan itu," pungkasnya.
Luka di kepala dan ikatan tali di leher
Kapolres Banyumas AKBP Bambang Yudhantara Salamun mengatakan, berdasarkan hasil forensik tim dokter RSUD Margono Soekarjo Purwokerto, pada salah satu tengkorak ditemukan bekas luka akibat pukulan benda tumpul.
"Dari forensik mengatakan, salah satu kerangka yang ditemukan, khususnya di bagian tengkorak ada semacam luka benda tumpul, jadi retak," kata Bambang saat ditemui di Kantor Satuan Reserse Kriminal Polres Banyumas di Purwokerto, Senin (26/8/2019).
Bambang mengatakan, pihaknya juga menemukan tali yang mengikat pada salah satu tulang leher.
Sedangkan kerangka tubuh yang lain, tidak ditemukan luka dan dalam kondisi utuh.
Lebih lanjut, Bambang mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan forensik, dari keempat kerangka tersebut tiga di antaranya diduga berjenis kelamin laki-laki dan seorang perempuan.
"Dari hasil forensik, empat kerangka tersebut salah satunya diduga kuat berjenis kelamin perempuan, dari bentuk panggul dan ukuran tengkorak. Tiga lainnya kemungkinan laki-laki," ujar Bambang.
Menghilang sejak 5 tahun lalu
Menurut warga sekitar keempat korban diketahui menghilang dari rumah orangtuanya, Misem sejak empat atau lima tahun lalu.
Marhadi (34), warga setempat mengatakan, selama ini warga mengetahui keempat orang tersebut merantau ke luar kota.
Namun hingga kini mereka tidak pernah kembali ke rumah.
Baca: Divonis Steril, Ibu ini Melahirkan Bayi Kembar 3, Kisah Perjuangan Persalinannya Viral
Baca: Hari Ini dalam Sejarah: 27 Agustus 1991, Republik Moldova Merdeka dari Rusia
Baca: Rizieq Shihab Minta BPIP Dibubarkan, Mendagri Tjahjo Kumolo Keberatan dengan Alasan Ini
"Keempat orang itu kata keluarganya merantau ke luar kota sejak sekitar lima tahun yang lalu. Warga tahunya mereka merantau," kata Marhadi di sekitar lokasi kejadian, Minggu (25/8/2019).
Menurut Marhadi, keluarga tersebut cenderung tertutup dan jarang bersosialisasi dengan warga sekitar.
Sehingga warga tidak mengetahui secara pasti kehidupan mereka.
Hal senada disampaikan Arjadi (56), seorang tetangga Misem.
Marjadi mengaku tidak pernah mengetahui keberadaan orang tersebut sejak beberapa tahun yang lalu.
"Warga tahunya pergi, tidak tahu ke mana. Mereka sudah tinggal di sini sekitar 20 tahun yang lalu, tapi selama ini ke sini saja tidak pernah," ujar Arjadi yang rumahnya persis di depan rumah Misem.
Kronologi penemuan
Warga setempat sebelumnya digegerkan dengan temuan empat kerangka manusia pada sebuah bekas kubangan bebek di area kebun belakang rumah warga, Sabtu (24/8/2019) petang.
Temuan itu kali pertama diketahui warga saat sedang membersihkan kebun.
Di lokasi tempar ditemukan tengkorak beserta tulang belulang manusia memang banyak ditumbuhi ilalang dan rumput liar.
Kemudian pemilik rumah meminta Rasman yang masih tetangga meminta untuk membersihkannya.
Seperti cerita Marhadi (37) warga Grumbul Karanggandul, RT 07 RW 03, Desa Pasingggangan Banyumas mengatakan jika kondisi rumah itu sepi.
"Sepi memang karena ditinggali oleh Misem saja, sendirian. Tetapi anaknya Minah tinggal di sebelah rumahnya persis atau bersebelahan," ujar Marhadi kepada Tribunjateng.com, Minggu (25/8/2019).
Marhadi menceritakan, jika sebelum ditumbuhi rumput dan ilalang belakang rumah Misem, dahulu adalah bekas kandang bebek.
"Jadi tengkorak-tengkorak itu ditemukan di bekas kandang bebek. Dalamnya sekitar 80 sentimeter. Sedangkan luasnya sekitar 1.5 meter x 2 meter," katanya.
Terkait penemuan 4 tengkorak di belakang rumah Misem, Marhadi sempat menyaksikan tengkorak-tengkorak tersebut, pada Sabtu (24/8/2019).
Baca: Farhat Abbas Yakin Hotman Paris Tak Bisa Lolos Dari Kasus Video Porno
Baca: Divonis Steril, Ibu ini Melahirkan Bayi Kembar 3, Kisah Perjuangan Persalinannya Viral
Awalnya dia kira yang ditemukan hanyalah tempurung kepala.
Tetapi ternyata setelah dilihat secara seksama ada pula potongan kerangka tubuh yang lain.
"Terlihat ada kerangka tubuh bagian lain seperti tulang iga. Bahkan ditemukan pula barang-barang seperti kaos, ponsel jadul, hingga sandal," katanya.
Kondisi pekarangan belakang rumah milik Misem terlihat ditumbuhi pohon dan ilalang.
Hal itulah yang membuat warga sekitar tidak terlalu curiga.
"Kami tidak mencium bau apapun. Di belakang rumah ditumbuhi pohon dan ilalang," tambahnya. (tribunjateng.com/ kompas.com)