Populasi satwa langka yang dilindungi undang-undang ini terutama terdapat pada tiga sungai besar di Asia Tenggara yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irrawaddy
Di Indonesia, hewan ini bisa ditemukan di banyak muara-muara sungai di Kalimantan, tetapi sekarang pesut menjadi satwa langka.
Selain di Sungai Mahakam, pesut ditemukan pula ratusan kilometer dari lautan, yakni di wilayah Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur.
Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai pula di perairan Danau Jempang (15.000 ha), Danau Semayang (13.000 ha), dan Danau Melintang (11.000 ha).
Pesut mahakam mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur).
Baca juga :
Terjerat Rengge Nelayan, Pesut Mahakam Ditemukan Mati di Bibir Sungai
Himasuperindo Gelar Seminar Konservasi Pesut Mahakam, Begini Ancaman Riilnya
Tubuh pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat dibagian bawah serta tidak memiliki pola khas.
Sirip punggungnya kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung.
Dahinya tinggi dan berbentuk bundar, tidak ada moncong seperti lumba-lumba lain.
Sirip dadanya lebar membundar.
Pesut mahakam bergerak dalam kawanan kecil. Walaupun pandangannya tidak begitu tajam dan kenyataan bahwa pesut hidup dalam air yang mengandung lumpur, tetapi pesut merupakan 'pakar' dalam mendeteksi dan menghindari rintangan-rintangan.
Kemungkinan hewan ini menggunakan gelombang ultrasonik untuk mendapatkan lokasi gema seperti yang dilakukan oleh kerabatnya lumba-lumba laut.
Di Kalimantan, populasi hewan ini terus menyusut akibat habitatnya terganggu, terutama makin sibuknya lalu-lintas perairan Sungai Mahakam, serta tingginya tingkat erosi dan pendangkalan sungai akibat pengelolaan hutan di sekitarnya.
Kelestarian Pesut mahakam juga diperkirakan terancam akibat terbatasnya bahan makanan berupa udang dan ikan, karena harus bersaing dengan para nelayan di sepanjang Sungai Mahakam. (Kompas.com/Tribun Kaltim)