Sebuah pedang di era pendudukan Jepang masih utuh terpelihara.
Konon, pedang itu dahulu dipakai rakyat untuk memenggal kepala tentara Jepang.
"Konon ini dulu digunakan untuk memenggal kepala tentara Jepang,"katanya
Replika bunker itu tidak lah luas.
Memang, dalam kondisi di bawah ancaman perang, tak mungkin rakyat leluasa membangun bunker besar yang memuat banyak orang.
Memasuki bunker ini serasa masuk ke lorong waktu.
Memori pengunjung langsung dibawa ke masa lalu saat bunker asli masih berfungsi.
Lorong yang sempit membuat kondisi ruangan agak pengap.
Terbayangkan, bagaimana jika ruangan itu berjejalan banyak orang.
Kondisi ini mungkin nyata terjadi saat bunker asli masih aktif digunakan warga dulu.
Saat itu belum ada pengeras suara untuk membagi informasi atau pengumuman penting ke masyarakat.
Padahal, kedatangan serdadu Jepang ke desa harus diketahui semua masyarakat.
Sehingga, penduduk desa bisa bersiap menyelamatkan diri.
Warga tak kurang akal.