Mereka menggunakan Lesung dan Kentongan untuk media pengumuman.
Ada yang mengintai kedatangan tentara Jepang ke desa.
Saat para serdadu masuk ke desa, warga meneruskan informasi itu ke penduduk dengan cara membunyikan Lesung dan Kentongan.
Melalui bunyian itu, warga menangkap pesan bahwa tentara Jepang mulai masuk pemukiman hingga bahaya mengancam.
Saat itu, warga berlarian untuk mencari tempat perlindungan.
Sebagian masuk ke lorong bawah tanah (bunker) yang telah mereka siapkan untuk tempat sembunyi.
Penduduk dari berbagai kalangan usia harus berjejalan dalam ruangan yang sempit hingga berjam-jam.
Bukan hanya menahan haus lapar, mereka harus bertahan dari situasi serba tak nyaman dalam ruang yang pengap.
Segala macam suara harus diredam agar tak ketahuan tentara Jepang.
Rakyat tak akan keluar sampai tentara Jepang pergi meninggalkan desa hingga situasi di luar aman.
Warga lain akan membunyikan Lesung dan Kentongan kembali sebagai petanda musuh telah pulang.
Saat itu, penduduk mulai meninggalkan bunker dengan perasaan lega.
Meski bahaya tetap mengintai sepanjang waktu, hingga para penjajah terusir dari bumi pertiwi.
"Goa ini dinamakan Dung Tang. Dung dari bunyi lesung, dan Tang berasal dari Kentongan,"katanya. (aqy)
Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul Sulung Bangun Kembali Bunker yang Telah Terkubur, Tempat Sembunyi Rakyat dari Serdadu Jepang, https://jateng.tribunnews.com/2019/09/12/sulung-bangun-kembali-bunker-yang-telah-terkubur-tempat-sembunyi-rakyat-dari-serdadu-jepang?page=all.