TRIBUNNEWS.COM -- Kasus siswa tikam guru hingga tewas di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara berbuntut panjang.
Pemerintah Provinsi Sulut melaui Dinas Pendidikan Daerah tak akan berhenti di penutupan SMK Ichtus, Tempat Kejadian Perkara (TKP) penusukan Alexander Werupangkey guru agama di SMK tersebut oleh siswanya berinisial FL.
mengatakan, akan menyasar pula sekolah 'abal-abal' yang tidak menjalankan proses pendidikan tak sesuai standard.
"Kami temukan ada modus data siswa tak sesuai, padahal data siswa berpengaruh untuk penyaluran dana bantuan," kata dia.
Ia mencontohkan, temuan di lapangan di Data Pokok Pendidikan tercatat ada 60 siswa, ternyata hanya 40 siswanya yang aktif.
Baca: Pembagian Pot Piala Asia Futsal 2020, Berikut Posisi Indonesia
Baca: Jimly Asshiddiqie: Sifat Paling Pragmatis adalah Capres Jadi Menhan
Baca: Bocoran Harga dan Spesifikasi Oppo Reno S yang Akan Menyaingi Reno Ace
Baca: Kelihatan Kompak, Ashanty Ngaku Pernah Bertengkar dengan Aurel Hermansyah Hingga Nyaris Mengusirnya
"Jadi kita akan telusuri sekolah-sekolah semacam ini," kata dia.
Ia menegaskan, pembekuan SMK Ichtus kaitannya bukan karena masalah kasus siswa bunuh guru, tapi hasil investigasi penyelenggaraan pendidikan di SMK ini. Hasilnya banyak temuan.
Tim menemukan sering, mendapati siswa merokok di sekolah dan sudah sempat dinasehati.
"Kasus yang agak ekstrem dari 4 siswa perempuan hamil dan 2 sudah melahirkan," ungkap Grace.
Adapun, jadwal pelajaran tidak ada yang paten, malah fleksibel dan sering digabung
Sekolah tersebut diberikan izin operasional sejak tahun 2017
Tapi tidak menjalankan proses belajar mengajar sesuai standard.
"Sering jam 7 pagi belum ada siswa dan di sekolah itu tidak pernah mengadakan upacara bendera, gaji guru tidak lancar dibayar oleh pihak yayasan, karena tidak lancar bagian administrasi juga ada yang sudah mengundurkan diri," kata dia.
Siswa merokok di sekolah sudah sering terjadi, meski sudah berulang kali di tegur.